Banyak orang tua yang ramah, mendukung, dan
bersemangat untuk bekerja dengan guru untuk memastikan anak-anak mereka
mendapatkan pendidikan yang terbaik. Tapi ada sejumlah besar dari orang tua
yang tampaknya memiliki masalah dengan guru. Mereka tidak menunjukkan penghormatan, dan tidak selalu terlibat banyak dengan guru. Penasaran dengan kondisi ini, saya mencoba mencari alasan penyebab
kurangnya rasa hormat untuk guru?
Menurut learningcraft.com, kurangnya rasa hormat terhadap guru bisa
terjadi dikarenakan hal-hal berikut :
Status
Pada masa lalu guru adalah orang yang paling terpelajar di masyarakat. Belum banyak orang tua yang terpelajar dan lulus universitas, sehingga pengaruh guru terhadap pendidikan sangat kuat.
Saat ini tidaklah demikian. Orang tua siswa adalah orang yang terpelar dan sudah banyak yang lulus dari universitas. Mereka juga banyak yang berpengaruh dalam masyarakat. Guru tidak lagi memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan mereka. Para orang tua ada yang bekerja pagi sampai malam, tidak seperti guru yang hanya bekerja pagi sampai siang ( begitulah anggapan mereka, padahal guru itu mengajar selama 24 ) dan hanya dalam ruang kelas yang nyaman. Para orang tua menuntut tanggung jawab dan kerja keras yang lebih untuk pendidikan mereka. Hal yang sebenarnya tidak bisa mereka lakukan tanpa kehadiran guru.
Attitude
Status
Pada masa lalu guru adalah orang yang paling terpelajar di masyarakat. Belum banyak orang tua yang terpelajar dan lulus universitas, sehingga pengaruh guru terhadap pendidikan sangat kuat.
Saat ini tidaklah demikian. Orang tua siswa adalah orang yang terpelar dan sudah banyak yang lulus dari universitas. Mereka juga banyak yang berpengaruh dalam masyarakat. Guru tidak lagi memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan mereka. Para orang tua ada yang bekerja pagi sampai malam, tidak seperti guru yang hanya bekerja pagi sampai siang ( begitulah anggapan mereka, padahal guru itu mengajar selama 24 ) dan hanya dalam ruang kelas yang nyaman. Para orang tua menuntut tanggung jawab dan kerja keras yang lebih untuk pendidikan mereka. Hal yang sebenarnya tidak bisa mereka lakukan tanpa kehadiran guru.
Attitude
Sikap orang tua telah mengalami perubahan. Pada masa lalu , jika Anda mendapat
masalah di sekolah misalnya masalah disiplin atau nilai rendah, Anda tidak
hanya mendapat nasehat atau teguran dari guru ( jika sangat buruk oleh kepala
sekolah), Anda mungkin mendapatkan nasihat atau teguran dua kali lebih banyak
di rumah. Saat ini, tidaklah demikian. Sekarang banyak orang tua dengan asumsi
bahwa anak kesayangannya pasti benar, dan oleh karena itu jika anak tidak
disipin dan mendapatkan nilai yang rendah, pasti gurunyalah yang salah. Jadi
mereka merasa berhak untuk menyerang dan menyalahkan guru.
Penyebab kondisi ini sangat kompleks. Pertama, orang tua tertekan dari
segi waktu. Seringkali kedua orang tua harus bekerja, atau ada orang tua
tunggal (single parents) yang bekerja sendiri. Orang tua harus berbuat lebih
banyak untuk memenuhi kebutuhan. Hasilnya adalah orang tua seringkali kekelahan
dan menekan banyak kemarahan mereka tidak memiliki kesabaran untuk melihat
lebih dalam apa yang terjadi dengan anak-anak mereka. Memang , bagian dari reaksi berlebihan mereka mungkin karena rasa bersalah
. Karena mereka tidak menghabiskan cukup waktu dengan atau pada anak-anak
mereka, dan
mencoba menjadi orang tua yang baik dengan membela anak mereka dihadapan
guru.
Pemahaman
Orang tua tidak benar-benar memahami apa yang dilakukan guru. Karena
orang tua telah berkunjung ke sekolah lima atau enam kali, mereka menganggap
memahami apa yang telah terjadi di dalam kelas. Orang tua hanya tahu bahwa guru
hanya mengajar, membuat rencana pembelajaran, dan menilai. Mereka juga berpikir
bahwa guru hanya mengajar dari pagi hingga siang kemudian memiliki banyak hari
libut. Tentu saja, jika sebagian besar orang tua yang mencoba mengaja selama
beberapa minggu, perspektif mereka mungkin berubah, tapi kemungkinan itu
terjadi cukup tipis.
Politik
Politik juga bisa menjadi penyebab mengapa guru tidak mendapat
penghargaan yang layak. Dahulu pendidikan jauh dari kepentingan politik.
Saat ini, politik menjadi tuannya pendidikan. Pendidikan dimanfaatkan
menjadi alat untuk mencapai sebuah tujuan individu atau golongan tertentu.
Sebagian besar birokrat saat ini telah using dan hanya baik dalam ide-ide dan
teori, tapi dangkal dalam pengalaman actual. Terlalu sering mereka mengikuti
informasi dari orang-orang bodoh yang tidak mengerti tentang pendidikan.
Lebih buruk lagi, ketika sistem pendidikan salah maka semua akan
mencarai kambing hitam. Para guru menjadi sasaran yang mudah karena guru tidak
pernah keberatan terhadap apapun yang dilakukan oleh kementrian pendidikan.
Guru hanya taat dan patuh mengikuti apa yang telah diciptakan oleh pemerintah.
Kondisi ini menjadi langkah strategi politik yang mudah untuk menjadikan guru
sebagai kambing hitam seluruh persoalan pendidikan dengan melabeli guru
kata-kata malas dan tidak kompeten, padahal sesungguhnya merekalah yang bodoh
karena mendengar pendapat dari orang-orang yang tidak mengerti tentang
pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar