Berawal dari riset yang dilakukan oleh Howard Garder melalui project Zero untuk melihat potensi manusia. Howard Gardner dengan serius mempertanyakan keabsahan penilaian potensi individu melalui tes-tes yang dinyatakan dalam satu angka atau nilai "IQ". Menurutnya penafsiran kecerdasan di masyarakat kita terlalu sempit. Gardner menyatakan bahwa kecerdasan lebih berkaitan dengan kapasitas (1) memecahkan masalah dan (2) menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah. Gardner memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas menjadi delapan kategori yang komprehensif atau delapan “ kecerdasan dasar”.
Dongeng yang terdapat di buku In the own way: Discovering and encouraging your child’s multiple intelligences (1987) karya Thomas Armstrong berikut, menarik untuk memahami terori kecerdasan majemuk temuan Howard Gardner. Menyadari dan mengembangkan dan mengembangkan semua ragam kecerdasan dan kombinasi-kombinasinya adalah hal yang terpenting. Dengan menyadari hal ini, setidaknya kita lebih punya peluang menangani berbagai masalah yang kita hadapi di dunia ini dengan baik. Dengan mempercayainya kita sepakat, bahwa semua anak adalah anak yang berbakat. Tiap-tiap anak terlahir ke dunia dengan potensi yang unik, yang jika dipupuk dengan benar dapat turut memberikan sumbangan bagi dunia yang lebih baik. Tantangan terbesar bagi orang tua dan guru adalah menyingkirkan batu besar yang menghalangi jalan mereka dalam menemukan, mengembangkan, dan merayakan anugerah yang mereka miliki itu. selamat membaca dan menarik makna.
Suatu ketika terbetiklah sebuah kabar yang menggegerkan langit dan bumi. Kabar itu berasal dari dunia binatang. Menurut cerita itu, para binatang besar ingin membuat sekolah untuk para binatang kecil. Mereka para binatang besar itu, berencana menciptkan sebuah sekolah yang didalamnya akan diajarkan mata pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang, dan menggali.
Dongeng yang terdapat di buku In the own way: Discovering and encouraging your child’s multiple intelligences (1987) karya Thomas Armstrong berikut, menarik untuk memahami terori kecerdasan majemuk temuan Howard Gardner. Menyadari dan mengembangkan dan mengembangkan semua ragam kecerdasan dan kombinasi-kombinasinya adalah hal yang terpenting. Dengan menyadari hal ini, setidaknya kita lebih punya peluang menangani berbagai masalah yang kita hadapi di dunia ini dengan baik. Dengan mempercayainya kita sepakat, bahwa semua anak adalah anak yang berbakat. Tiap-tiap anak terlahir ke dunia dengan potensi yang unik, yang jika dipupuk dengan benar dapat turut memberikan sumbangan bagi dunia yang lebih baik. Tantangan terbesar bagi orang tua dan guru adalah menyingkirkan batu besar yang menghalangi jalan mereka dalam menemukan, mengembangkan, dan merayakan anugerah yang mereka miliki itu. selamat membaca dan menarik makna.
Suatu ketika terbetiklah sebuah kabar yang menggegerkan langit dan bumi. Kabar itu berasal dari dunia binatang. Menurut cerita itu, para binatang besar ingin membuat sekolah untuk para binatang kecil. Mereka para binatang besar itu, berencana menciptkan sebuah sekolah yang didalamnya akan diajarkan mata pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang, dan menggali.
Anehnya, mereka tidak dapat mengambil kata sepakat tentang
subjek mana yang paling penting. Mereka akhirnya memutuskan agar semua murid
mengikuti seluruh mata pelajaran yang diajarkan. Jadi, setiap murid harus
mengikuti mata pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang, dan menggali.
Sekolah pun dibuka dan menerima murid dari pelbagi pelosok
hutan. Pada saat-saat awal dikabarkan bahwa sekolah berjalan lancer. Seluruh
murid dan pengajar di sekolah itu menikmati segala kebaruan dan keceriaan.
HIngga tibalah pada suatu hari yang mengubah keadaan sekolah itu.
Tersebutlah salah satu murid bernama kelinci. Kelinci jelas
adalah binatang yang piawai berlari. Ketika mengikuti kelas berenang, kelinci
ini hampir tenggelam. Pengalaman memgikuti kelas berenang ternyata mengguncang
batinnya. Lantaran sibuk mengurusi pelajaran berenang, si Kelinci ini pun tak
pernah lagi dapat berlari secepat sebelumnya.
Setelah kasus yang menimpa kelinci, ada kejadian lain yang
cukup memusingkan pengelola sekolah. Ini melanda murid lain bernama Elang.
Elang, jelas sangat pandai terbang. Namun, ketika mengikuti kelas menggali, si
Elang ini tidak mampu menjalankan tugas-tugasa yang diberikan kepadanya.
Akhirnya, ia pun harus mengikuti les perbaikan menggali. Les itu ternyata
menyita waktunya sehingga ia pun melupakan cara terbang yang sebelumnya sangat
dikuasainya.
Demikianlah kesullitan demi kesulitan ternyata melanda juga
ke diri binatang kain seperti bebek, burung pipit, bunglon, ular dan binatang
kecil lain. Pada binatang kecil itu tidak mempunyai kesempatan lagi untuk
berprestasi dalam bidang keahlian mereka masing-masing. Ini lantaran mereka
dipaksa melakukan hal-hal kecil yang tidak menghargai sifat alami mereka.
Sumber bacaan :
Armstrong, Thomas. 2004. Menerapkan multiple intelligences di sekolah. Jakarta : PT. Mizan Pustak
Gardner, Howard. 1993. Multiple Intelligences : The theory in practice. New York : Basic Books
Tidak ada komentar:
Posting Komentar