Senin, 23 April 2018

Kualifikasi atau Sertifikasi

" ...legitimasi keprofesionalan seorang guru bukan disebabkan karena selembar kertas sertifikat, melainkan  dari seberapa banyak murid terpengaruh dan dapat belajar karenanya"


Suatu sore Ibu Penny, seorang guru sekolah dasar, sedang asyik menemani beberapa murid kelas satu SD, memberikan pelajaran tambahan seusai sekolah. Mereka duduk melingkar diatas karpet berbentuk lingkaran berwarna merah marun, berdiameter 2,5 meter dengan beberapa gambar tokoh cerita Tommy dan Gery, digelar disalah satu bagian sudut ruang kelasnya. 

Waktu normal untuk mengajar sudah usai, namun Ibu Penny tetap tekun dan setia melayani anak-anak yang masih memerlukan dirinya. Setiap hari Ibu Penny melakukan kegiatan yang sama terhadap murid-muridnya. Ia mengajari mereka membaca, menulis, berhitung dan semua kebutuhan anak yang berkaitan dengan pelajaran sekolah.

Karena perhatian dan kesabaran dan cintanya kepada anak-anak, Ibu Penny menjadi idola dan disayangi anak-anak didiknya. Motonya menjadi guru adalah “ Teaching with Love” - mendidik anak dengan cinta. Ibu Penny yakin bahwa hanya dengan cintalah anak-anak akan mengembangkan potensinya. Karena didasari oleh cinta, Bu Penny bekerja dengan penuh ketulusan, sepenuh hati, tidak pernah mengeluh, bahkan hingga meluangkan waktu pribadi. Kadang-kadang ia dengan rela mengeluarkan uang dari koceknya sendiri untuk menyediakan media pembelajaran sederhana seperti sedotan platik, batang es krim, kertas warna, sampai gunting dan lem. Baginya menjadi guru adalah sebuah persembahan hidup. 

Ada sekitar 8 orang anak laki-laki dan perempuan yang duduk di karpet merah sore itu. Ada dua orang anak sedang memegang beberapa potong sedotan plastik warna-warni, ada yang panjang dan ada yang pendek. Mereka belajar berhitung, membandingkan benda berdasarkan ukuran panjang pendek. Ada dua anak lain sedang belajar bagaimana membuat klasifikasi benda berdasarkan warnanaya. Dua anak lain lagi sedang asyik menempel beberapa stick es krim untuk dibuat bangunan. Sedangakan dua anak lagi tampak sedang menggunting kertas berwarna, berikut menempelkannya pada kertas sesuai dengan pola gambar yang ada pada kertas. Semua anak sore itu tampak ceria, bergairah seakan tidak peduli dengan waktu yang sudah menjelang malam. Singkatnya, anak-anak sangat menyenangi dan menikmati apa yang mereka lakukan. 

Tiba-tiba keceriaan itu berhenti, seorang anak melilhat Pak Kepala Sekolah berdiri didepan pintu ruang kelas. “ Ibu...Ibu, ada Bapak Kepala Sekolah datang,” teriak anak tersebut bermaksud memberi tahu ibu Penny. Rupanya Pak Kepala Sekolah sudah berada disana sejak beberapa saat yang lalu. Sempat mengamati proses pembelajaran yang dilakukan Ibu Penny. Dalam hatinya Pak Kepala Sekolah berkata, “ inilah guru yang saya maksudkan. Mampu menciptakan suasana belajar yang hidup, menyenangkan, murid-murid belajar dengan penuh antusias.”

Begitu melihat suasana berubah, cepat-cepat Pak Kepala Sekolah berkata, “ Ibu Penny bisa ke kantor saya sebantar?” dengan nada dingin ia meminta lalu membalikkan badannya berjalan menuju kantornya. 

Bu Penny pun bergegas, sambil meletakkan ujung jari ke mulutnya, memberi isyarat agar anak-anak tetap diam dan tetap belajar, sementara ia memenuhi panggilan sekolah. 

“Silahkan duduk Ibu,” demikian Bapak Kepala Sekolah membuka pembicaraan. “Ini kali ketiga saya memanggil Ibu Penny. Sudah saya ingatkan agar Ibu unutk memenuhi persyaratan dokumen sertifikasi, tetapi sampai sekarang Ibu belum juga mengumpulkannya, ada apa?” tanya Kepala Sekolah dengan raut wajah sedikit kesal.

Pak terima kasih, Bapak telah mengingatkannya. Tetapi sesungguhnya saya tidak paham untuk apa saya harus ikut sertifikasi Pak?” Bu Penny balik bertanya.

“ Loh Ibu ini bagaimana sih, ini kesempatan istimewa, sementara guru-guru lain berlomba ingin disertifikasi, malah Ibu balik bertanya?” tegas Pak Kepala Sekolah. 

Maaf Pak saya hanya ingin tahu saja,” bu Penny merendah

Kalau Ibu sudah tersertifikasi, maka Ibu akan diakui sebagai guru profesional,” Jelas Kepala Sekolah
Oh begitu ya Pak. Guru profesional maksudnya bagaimana Pak?” Bu Penny balik bertanya

“Profesional itu kualifikasi yang diberikan kepada guru yang mengajar dan mendidik anak-anak dengan baik. Guru yang profesional dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan. Murid-murid dapat belajar dengan senang, penuh semangat. Guru profesional peduli dan memahami kebutuhan masing-masing anak didik, mengajar dengan totalitas dan dilandasi cinta kasih,” Pak Kepala sekolah berusaha menjelaskan layaknya seorang pemimpin yang bijaksana.

Oh, ma...maaf Pak, apakah tadi Bapak sempat melihat saya mengajar di kelas saya?” tanya Bu Penny
Ya, saya melihatnya, memangnya kenapa?” Pak Kepala Sekolah balik bertanya

Bukannya tadi Bapak sudah lihat proses pembelajaran saya yang sangat menyenangkan anak-anak; anak-anak antusias dan penuh semangat?Walaupun hari sudah menjelang malam, saya tetap setia menemani dan membantu mereka belajar?” tegas bu Penny

Mendengar penjelas Bu Penny, tentu saja Pak Kepala Sekolah menjadi tersipu malu. Ia tahu persis bahwa bu Penny adalah salah satu guru terbaiknya.

Untuk mengatasi situasi, Pak Kepala Sekolah melanjutkan, “Bukan hanya itu saja Ibu. Kalau Ibu sudah tersertifikasi, nanti Ibu akan mendapatkan insentif dan tunjangan yang lumayan untuk nambah pendapatn Ibu,” Pak Kepala Sekolah mencoba mengalihkan perhatian. 

Sekali lagi Bu Penny menjawab, “ Maaf Pak, kalau boleh saya tidak usah ikut sertifikasi saja”.
Pak Kepala Sekolah pun terdiam. Lalu Bu Penny berdiri, bergegas meninggalkan ruangan kepala sekolah menuju kelas di mana anak-anak sudah menunggu dan mengharap kehadirannya. 

Terang saja Pak Kepala Sekolah semakin bingung. Ada salah satu gurunya yang tidak mau disertifikasi, tidak tertarik untuk mendapatkan tambahan uang, sementara yang lain mengejar-ngejarnya walaupun dalam keseharian tidak bekerja sebaik Ibu Penny.

Kebanyakan guru memaknai sertifikasi identik dengan uang tambahan. Guru yang sudah tersertifikasi mendapat hak tunjangan bulanan tanpa harus menambah dan atau meningkatkan kualitas pekerjaannya. Karena itu, segala upaya dilakukan untuk bisa sertifikasi. Padahal sertifikasi guru sejatinya bertujuan meningkatkan kualitas guru. Guru yang tersertifikasi memiliki kualifikasi, memiliki kompetensi, sehingga dapat melakukan pekerjaan mengajarnya secara profesional. 

Bu Penny adalah salah satu sosok guru yang tidak tergoda oleh uang tunjangan sertifikasi. Ia tahu persis bahwa legitimasi keprofesionalan seorang guru bukan disebabkan karena selembar kertas sertifikat, melainkan  dari seberapa banyak murid terpengaruh dan dapat belajar karenanya. Ibu Penny tidak butuh sertifikasi, yang ia butuhkan adalah kualifikasi. 

Sumber:
Herman J.P Maryanto. 2011. Guruku Matahiriku: Merenungi dan Memaknai Profesi Guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kombinasi Berbagai cara Menyampaikan Pembelajaran

  Ragam cara melaksanakan pembelajaran: ceramah, kegiatan individu, dan kegiatan kelompok. Dalam melaksanakan pembelajaran, berbagai kombina...