Jumat, 01 November 2019

Ask Well, Teach Well

Kualitas seorang guru dapat dilihat dari kulitas pertanyaan yang diberikan oleh seorang guru kepada anak didiknya. Pertanyaan adalah "alat" mengajar yang penting untuk mendorong siswa berpikir dan mengembangkan kemampuan anak. 
Pengalaman saya melatih guru hampir puluhan tahun diberbagai daerah, banyak guru yang tidak memahami pentingnya kualitas pertanyaan dalam mengajar dan hanya memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh anak didik dengan  hanya sekeda mengingat, atau dengan kata lain tidak berpikir. 

Benjamin S Bloom (1956) yang terkenal dengan Taksonomi Bloom mengungkapkan bahwa kemampuan anak berkembang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan guru didalam kelas. Setiap jenis pertanyaan yang diberikan oleh guru akan menunjukkan perilaku yang berbeda dari tiap anak. Dengan kata lain, kita bisa mengetahui perkembangan kemampuan siswa dengan melihat pertanyaan apa yang dapat dijawab oleh anak. Bloom membagi kemampuan anak khususnya yang terkait dengan kemampuan berpikir kepada enam tingkatan yaitu kemampuan mengingat, memahami, menerapakan, mensintesa, menganalisis dan mengevaluasi. Krathwohl  dkk (2002) kemudian merevisi menjadi mengingat, memahami, menerapakan, mensintesa, menganalisis dan menciptakan.

Secara umum kemampuan berpikir ini dapat dibagi dua yakni jika anak hanya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan mengingat, memahami dan menerapkan maka kemampuan anak digolongkan dengan kemampuan berpikir tingat rendah. Kemampuan berpikir ini menghasilkan anak-anak yang pintar menghafal, mengikuti petunjuk yang ada dan menerapkan hal-hal yang diberitahu saja. Dengan kata lain anak-anak hanya akan menjadi orang yang tau banyak dan menerapkan apa yang hanya diajarkan. Anak-anak hanya akan menerima informasi dan bersifat konsumtif ( menerima apa yang diberikan).

Kemampuan berpikir kedua disebut kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan anak melakukan sitesa, analisa dan menciptakan ide-ide atau gagasan baru. Dengan kata lain jika anak terbiasa menjawab pertanyaan-pertanyaan jenis ini maka akan dihasilkan anak-anak yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif dan karya-karya baru ( manusia yang produktif).  

Implikasinya terhadap kemampuan mengajar guru adalah semakian sering guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang hanya mengembangkan kemampuan berpikir tingkat rendah yang dikenal dengan LOTS (low order thinking skills) maka pendidikan kita hanya akan menghasilkan anak-anak yang malas berpikir dan konsumtif, karena hanya menghafal dan menerima gagasan orang lain tanpa berpikir. Sebaliknya jika guru sering memberikan pertanyaan HOTS (analyze, evaluate and create) , maka akan pendidkan kita akan menghasilkan anak-anak yang kritis, create) dan karya-karya baru. 

Tujuan pendidikan sejatinya adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik sehingga mampu menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Pada zaman robotisasi dan digitalisasi saat ini yang dikenal dengan zaman 4.0, apa yang diketahui anak tidaklah lagi menjadi penting, yang utama adalah apa yang dapat dilakukan anak dengan yang dia tahu dan seberapa cepat dia belajar hal-hal baru yang terus berubah. Kemampuan ini hanya dapat dikembangkan jika guru lebih sering menggunakan pertanyaa-pertanyaan yang mendorong tingkat tinggi yakni pertanyaan-pertanyaan yang menuntut anak untuk berpikir, menganalisa, kritis dan berani menciptakan gagasan sendiri. Ask well, teach well. Guru yang baik, memberikan pertanyaan yang baik. 

Catatan sebelum pulang pelatihan, Uniland, 1 Nov 2019


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kombinasi Berbagai cara Menyampaikan Pembelajaran

  Ragam cara melaksanakan pembelajaran: ceramah, kegiatan individu, dan kegiatan kelompok. Dalam melaksanakan pembelajaran, berbagai kombina...