Kualitas seorang guru dapat dilihat dari kulitas pertanyaan yang diberikan oleh seorang guru kepada anak didiknya. Pertanyaan adalah
"alat" mengajar yang penting untuk mendorong siswa berpikir dan
mengembangkan kemampuan anak. Pengalaman saya melatih guru hampir puluhan tahun diberbagai daerah, banyak guru yang tidak memahami pentingnya kualitas pertanyaan dalam mengajar dan hanya memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh anak didik dengan hanya sekeda mengingat, atau dengan kata lain tidak berpikir.
Benjamin S Bloom (1956) yang terkenal dengan Taksonomi Bloom mengungkapkan bahwa kemampuan anak berkembang sesuai dengan
pertanyaan-pertanyaan yang digunakan guru didalam kelas. Setiap jenis pertanyaan yang diberikan oleh guru akan menunjukkan perilaku yang berbeda dari tiap anak. Dengan kata lain, kita
bisa mengetahui perkembangan kemampuan siswa dengan melihat pertanyaan apa yang
dapat dijawab oleh anak. Bloom membagi kemampuan anak
khususnya yang terkait dengan kemampuan berpikir kepada enam tingkatan yaitu
kemampuan mengingat, memahami, menerapakan, mensintesa, menganalisis dan
mengevaluasi. Krathwohl dkk (2002) kemudian merevisi menjadi mengingat, memahami, menerapakan, mensintesa, menganalisis dan menciptakan.
Secara umum kemampuan
berpikir ini dapat dibagi dua yakni jika anak hanya mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan mengingat, memahami dan menerapkan
maka kemampuan anak digolongkan dengan kemampuan berpikir tingat rendah.
Kemampuan berpikir ini menghasilkan anak-anak yang pintar menghafal,
mengikuti petunjuk yang ada dan menerapkan hal-hal yang diberitahu saja. Dengan
kata lain anak-anak hanya akan menjadi orang yang tau banyak dan menerapkan
apa yang hanya diajarkan. Anak-anak hanya akan menerima informasi dan bersifat
konsumtif ( menerima apa yang diberikan).
Kemampuan berpikir kedua disebut kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan anak melakukan sitesa, analisa dan menciptakan ide-ide atau
gagasan baru. Dengan kata lain jika anak terbiasa menjawab pertanyaan-pertanyaan jenis ini maka akan dihasilkan anak-anak yang memiliki
kemampuan berpikir kritis, kreatif dan karya-karya baru ( manusia yang
produktif).
Implikasinya terhadap
kemampuan mengajar guru adalah semakian sering guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang hanya mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
rendah yang dikenal dengan LOTS (low
order thinking skills) maka pendidikan kita hanya akan menghasilkan
anak-anak yang malas berpikir dan konsumtif, karena hanya menghafal dan menerima gagasan orang
lain tanpa berpikir. Sebaliknya jika guru sering memberikan pertanyaan HOTS (analyze,
evaluate and create) , maka akan pendidkan kita akan menghasilkan anak-anak yang kritis, create)
dan karya-karya baru.
Tujuan pendidikan sejatinya adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik sehingga mampu menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Pada zaman robotisasi dan digitalisasi saat ini yang dikenal dengan zaman 4.0, apa yang diketahui anak tidaklah lagi menjadi penting, yang utama adalah apa yang dapat dilakukan anak dengan yang dia tahu dan seberapa cepat dia belajar hal-hal baru yang terus berubah. Kemampuan ini hanya dapat dikembangkan jika guru lebih sering menggunakan pertanyaa-pertanyaan yang mendorong tingkat tinggi yakni pertanyaan-pertanyaan yang menuntut anak untuk berpikir, menganalisa, kritis dan berani menciptakan gagasan sendiri. Ask well, teach well. Guru yang baik, memberikan pertanyaan yang baik.
Catatan sebelum pulang
pelatihan, Uniland, 1 Nov 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar