Fasilitasi berasal dari kata
Perancis, facile dan Latin, facilis, yang artinya
mempermudah (to facilitate = to make easy). Karena itu, fasilitator
dapat diartikan sebagai orang yang mempermudah, khususnya mempermudah kelompok
mencapai tujuannya.
Prinsip utama fasilitasi adalah proses, bukan isi. Proses mengacu pada
bagaimana kelompok bekerja, semisal bagaimana mereka berbicara satu sama lain
(berkomunikasi), bagaimana membuat keputusan ataupun mengelola konflik.
Sementara, struktur mengacu pada proses yang stabil dan berulang seperti
pembagian peran dalam kelompok. Hunter et al. (1993)
mengungkapkan bahwa facilitation is about process – how you do
something – rather than the content – what you do. Facilitator is process
guide; someone who makes a process easier or more convenient to use. Dalam
buku wajib profesi fasilitator terbitan IAF (International Association of
Facilitators), The IAF Handbook of Group Facilitation khususnya
dalam Bab Best Practice from the Leading Organization in Facilitation (2005),
Schwarz menekankan bahwa tugas utama fasilitator adalah membantu kelompok untuk
meningkatkan efektivitas dengan cara memperbaiki proses dan struktur.
Tips-Tips Menjadi Fasilitar
Tugas seorang fasiltator sering disamakan dengan tugas seorang bidan atau dirigen atau sebuah jembatan. Seorang bidan tidak ikut melahirkan tetapi dia membantu proses persalinan berjalan dengan lancar dengan memberikan dorongan-doroangan kepada si Ibu yang sedang berusaha melahirkan. Seorang dirigen memastikan semua suara menyatu dan mengeluarkan nada-nada yang diinginkan dengan memimpin proses bernyanyi dari depan tanpa ikut berada pada bagian penyanyi. Oleh karena itu, tugas utama seorang fassilitator adalah mengelola proses dan mempermudah sebuah proses belajar. Walaupun tugas utama seorang fasilitator adalah mengawal proses, bukan berarti seorang fasilitator tidak perlu menguasai materi yang disampaikan. Seorang fasilitaor yang efektif harus menguasai disampaikan agar mampu mengelola proses pelatihan yang dipimpin, namun demikian seorang fasilitator tidak harus menjadi ahli dalam hal materi yang akan disampaikan.
Tugas seorang fasiltator sering disamakan dengan tugas seorang bidan atau dirigen atau sebuah jembatan. Seorang bidan tidak ikut melahirkan tetapi dia membantu proses persalinan berjalan dengan lancar dengan memberikan dorongan-doroangan kepada si Ibu yang sedang berusaha melahirkan. Seorang dirigen memastikan semua suara menyatu dan mengeluarkan nada-nada yang diinginkan dengan memimpin proses bernyanyi dari depan tanpa ikut berada pada bagian penyanyi. Oleh karena itu, tugas utama seorang fassilitator adalah mengelola proses dan mempermudah sebuah proses belajar. Walaupun tugas utama seorang fasilitator adalah mengawal proses, bukan berarti seorang fasilitator tidak perlu menguasai materi yang disampaikan. Seorang fasilitaor yang efektif harus menguasai disampaikan agar mampu mengelola proses pelatihan yang dipimpin, namun demikian seorang fasilitator tidak harus menjadi ahli dalam hal materi yang akan disampaikan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang
fasilitator dalam melaksanakan program pelatihan:
- Patuhilah rencana urutan panduan pelatihan
Khusus bagi
anda yang masih baru menjadi fasilitator, hindarilah penyimpangan dari rencana
sekuen panduan. Fasilitator yang telah berulang kali menjalankan pelatihan,
sering kali mampu menyiapkan dan mengembangkan alternatif sekuen panduan,
menukar urutan pelatihan karena melihat peluang-peluang belajar yang timbul
selama proses pelatihan
- Hafalkan nama peserta
Berusahalah untuk memanggil peserta dengan nama
mereka (siapkan label nama peserta yang terbaca). Hal ini mengurangi rasa
formil yang seringkali menimbulkan ketegangan dan secara tidak langsung
menghambat proses pembelajaran.
- Libatkan peserta secara aktif
Usahakan agar peserta terlibat aktif mulai mencari,
menggali data, menganalisis alternative temuan, memecahkan masalah, mengambil
keputusan atau simpulan. Biarkan peserta mengambil simpulan sendiri,
pertanyakan argumentasinya mengapa peserta mengambil simpulan itu, kuatkan dan
tekankan simpulan itu. Seorang fasilitator harus lebih banyak mendengar dan
menguji gagasan yang disampaikan peserta, dengan cara memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang berbobot.
- Miliki sensitivitas gender dan inklusi
Usahakan untuk dapat memberikan kesempatan dan
perhatian yang sama kepada semua peserta baik laki-laki maupun perempuan, yang
memiliki keterbatasan berbicara, yang minoritas, yang pendiam, yang tua, dan
sebagainya. Pastikan semua peserta mendapatkan giliran berbicara atau tampil.
- Jangan tergesa-gesa menjawab
Jangan jawab pertanyaan yang tidak dipahami. Jangan
jawab pertanyaan yang tidak diketahui jawabnya. Jangan jawab pertanyaan yang
tidak perlu dijawab oleh fasilitator. Bila jawaban itu mungkin diberikan oleh
peserta lain, biarkan peserta lain menjawab pertanyaan. Bila jawaban terhadap
pertanyaan itu dapat diberikan peserta dan mereka tidak menyadari data
tertentu, ingatkan peserta pada data tersebut, dan biarkan mereka menjawab itu.
- Hindari Perdebatan dengan Peserta
Hal ini dimaksudkan agar urutan panduan yang telah
disusun dapat tercapai tidak menyimpang dan waktu habis untuk berdebat. Selain
itu, aktivitas peserta akan terhambat gara-gara kita terpancing perdebatan.
Lemparkan saja pada peserta lain bila ada perbedaan persepsi terhadap suatu
masalah tertentu.
- Ajukan pertanyaan sesering mungkin
Kenyataan bahwa peserta dapat belajar melalui
kegiatan menjawab pertanyaan memberikan peserta kepuasan lebih daripada jika ia
langsung diberitahu materi pembelajaran yang harus ia terima. Sehubungan dengan
itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan.
- Ajukan pertanyaan yang dapat dijawab peserta.
Jangan mengajukan pertanyaan yang terlalu sulit,
sehingga peserta menjadi ”resah” karena tidak bisa
- Jangan ajukan pertanyaan yang terlalu mudah.
Dengan pertanyaan yang terlalu mudah mengurangi motivasi peserta untuk
memberikan jawabannya, dan seringkali peserta jadi ragu apakah jawaban
yang ia pikirkan adalah jawaban yang
- Ajukan pertanyaan secara sistematis. Jawaban terhadap pertanyaan pertama hendaknya merupakan data yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan kedua, dan jawaban terhadap pertanyaan kedua hendaknya merupakan data bagi jawaban terhadap pertanyaan ketiga demikian seterusnya. Sebaliknya, bila suatu pertanyaan tidak dapat segera dijawab oleh para peserta, ajukan pertanyaan lain yang lebih mudah. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menjawab pertanyaan yang lebih sukar
- Gunakan umpan Balik (Feed Back)
Dalam melaksanakan program pelatihan, kita perlu
mencari tahu apakah peserta telah menangkap hal-hal yang telah kita sampaikan.
Karena itu, kita perlu mencari dan memanfaatkan umpan balik (feedback). Umpan
balik bisa berasal dari pertanyaanpertanyaan yang diajukan peserta, sikap
mereka dalam mengikuti program pelatihan, saran-saran yang mereka kemukakan,
bahkan dari ’air muka’ mereka.
- Sadari keterbatasan Anda
Jangan melakukan hal-hal diluar batas kemampuan Anda. Jangan mencoba menjelaskan gal-hal yang tidak Anda pahami. Persiapkan diri Anda sebelum memulai kegiatan dan yang paling penting: jangan pernah mengira bahwa Andalah orang terpandai di dalam kelas. Dalam beberapa hal tertentu mungkin ada peserta yang lebih menguasai bahan daripada Anda. Jangan musuhi orang ini, gunakan dia untuk membantu Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar