Selasa, 28 November 2017

Kisah Menara yang Tinggi (bagian 1)

"Jika masyarakat menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama, penjara menjadi museum, polisi menjadi penyair, dan psikiater menjadi pemusik”  (Augoste Cury)

Belum lama ini, masalah kemanusiaan begitu kacau sehingga umat manusia menyelenggarakan pertandingan besar. Mereka ingin tahu tahu profesi terpenting di masyarakat. Penyelenggara acara itu membangun sebuah menara yang sangat tinggi dalam sebuah stadion raksasa

Belum lama ini, masalah kemanusiaan begitu kacau sehingga umat manusia menyelenggarakan pertandingan besar. Mereka ingin tahu tahu profesi terpenting di masyarakat. Penyelenggara acara itu membangun sebuah menara yang sangat tinggi dalam sebuah stadion raksasa dengan tangga terbuat dari emas dan batu berharga. Menara itu sangat indah. Mereka memanggil wartawan, TV, koran, majalah, dan stasion radio dari seluruh dunia untuk meliputnya. Perhatian dunia tersedot ke acara itu. Di stadion, orang dari seluruh kalangan masyarakat berkerumun untuk melihat perdebatan ini dari dekat. Peraturannya adalah sebagai berikut: Setiap profesi akan diwakili oleh seorang pembicara terkenal. 

Perhatian dunia tersedot ke acara itu. Di stadion, orang dari seluruh kalangan masyarakat berkerumun untuk melihat perdebatan ini dari dekat. Peraturannya adalah sebagai berikut: Pembicara itu harus memanjat tangga menara dengan cepat dan memberikan pidato yang bagus serta meyakinkan tentang mengapa profesinya adalah yang terpenting di masyarakat modern. Setiap profesi akan diwakili oleh seorang pembicara terkenal. Pembicara itu harus tinggal di menara sampai kontes berakhir. Pengambilan suara dilakukan dari seluruh dunia lewat internet. 
Kontes itu disponsori perusahaan besar dan negara. Kelas profesi yang menang akan menerima penghargaan sosial, sejumlah besar uang, dan subsidi pemerintah. Setelah peraturan dibuat, pertandingan pun dimulai. Wasit kontes itu berteriak: Tempat dibuka!

Anda tahu, siapa yang pertama memanjat menara itu? Pendidik? Bukan, melainkan perwakilan psikiater. 

Dia menaiki menara itu dan berteriak: “ masyarakat modern akan menjadi pabrik stress. Depresi dan kecemasan adalah penyakit abad ini. Orang telah kehilangan kenikmatan hidup. Banyak yang berusaha bunuh diri. Industri obat antidepresi dan obat penenang telah menjadi industri terpenting di dunia. “ Kemudian, pembicara itu berhenti sejenak. Kerumunan yang terkejut itu mendengarkan argumentasinya yang meyakinkan dengan sungguh-sungguh. 

Dia menyimpulkan, “stress akan menjadi suatu kewajaran, sedangkan sehat akan menjadi hal yang tidak umum. Akan menjadi apa manusia tanpa psikiater? Rumah sakit manusia tanpa kualitas hidup apa pun! Karena kita hidup di masyarakat yang sakit, saya menyatakan bahwa kami-bersama para psikolog klinis-mewakili profesi terpenting di masyarakt...”

Stadion itu menjadi sunyi senyap. Banyak orang dari kerumunan itu merenung dan menyadari bahwa mereka tidak bahagia, stres mengalami gangguan tidur, bangun dengan masih merasa lelah, mempunyai pikiran yang kacau, dan menderita sakit kepala. Jutaan penonton menahan suara mereka. Psikiater itu kelihatannya tak terkalahkan. 

Kemudian, wasit berteriak: “tempat dibuka!” Tebak siapa yang naik kemudian? Guru? Bukan. Perwakilan hukum-hakim dan promotor-yang naik, dia menaiki tangga yang lebih tinggi dan dengan sikap menantang menyampiakan kata-kata uang membuat pendengarnya terguncang. “Perhatikan daftar kekerasan! Daftar itu tidak berhenti bertambah. Penculikan, perampokan dan pelanggaran lalu lintas mengisi halaman-halaman koran. Keagresifan di sekolah, kekerarasan pada anak dan diskriminasi rasial serta sosial adalah bagian dari rutinitas kita. Manusia mencintai hak mereka, tetapi membenci tanggungjawab mereka. 

Para pendengar menganggukkan kepala tanda setuju dengan argumentasinya, Kemudian, dia menjadi makin meyakinkan. “Penjualan obat menghasilkan uang sebanyak penjualan bensin. Kita tidak dapat menghancurkan kejahatan yang terorganisir. Jika Anda ingin merasa aman, kunci diri Anda dalam rumah karena kebebasan adalah milik si penjahat. Karena itu, saya nyatakan-dengan dukungan pasukan polisi-bahwa kami adalah kelas profesi terpenting di masyarakat”.

Semua orang tidak bisa berkata apa-apa mendengar kata-kata ini. Kata-kata ini mengusik telinga dan membakar jiwa, tetapi kelihatannya sudah tak tersaingi lagi: Kembali kesunyian datang, kali  ini lebih lama.
Seorang perwakilan yang berani memanjat ke tingkat yang lebih tinggi bahkan lebih tinggi di menara itu. Tahukah Anda, siapa yang maju kali ini? Pendidik? Bukan. Orang itu adalah perwakilan angkatan bersenjata yang dengan suara lantang dan tanpa membuang-buang waktu, berkata “ Manusia membenci nilai kehidupan. Mereka membunuh satu sama lain karena sebab yang sangat kecil. Terorisme membunuh ribuan orang. Perang komersil membunuh jutaan orang dengan rasa lapar. Spesies manusia telah terpecah menjadi lusinan suku. Negara hanya akan dihargai dari ekonomi dan angkatan bersenjatanya. Kekuatan ekonomi dan militr, bukan dialoh, adalah faktor penyeimbang dalam dunia yang palsu. 

Kata-katanya mengejutkan para pendengar, tetapi tak terbantah. Dia kemudian menyimpulkan: “ Tanpa angkatan bersenjata, tidak ada kemananan. Tidur akan menjadi mimpi buruk. Karena itu saya nyatakan entah Anda setuju atau tidak, bahwa orang-orang di angkatan bersenjata bukan hanya kelas profesi terpenting, tetapi juga yang paling berpengaruh”. Jiwa para pendengar membeku. Mereka semua terkejut.

Argumentasi pembicara sangat kuat. Masyarakat menjadi kacau. Orang dari seluruh dunia merasa bingung dan tidak tahu harus memilih yang mana: apakah harus memenangkan satu pembicara atau menangisi krisis umat manusia. 

Tak ada lagi yang berani memanjat menara itu. Siapa yang akan mereka pilih? Ketika semua orang berpikir bahwa pertandingan telah berakhir, mereka bisa mendengar percakapan di kaki menara. Siapa yang sedang bercakap-cakap....bersambung.

 Sumber cerita:
Cury, Auguste. 2007. Brilliant Parents Rasceniating Teacher: Kiat Membentuk generasi Muda yang Cerdas dan bahagia. Jakarta: Gramedia Pustaka

Sabtu, 25 November 2017

Inovasi Pembelajaran

Lima sekolah mitra Tanoto Foundation mendapat kunjungan khusus dari Plt. Bupati dan Kadis Pendidikan Batu Bara. Kunjungan tersebut terkait dengan unjuk karya inovasi pembelajaran dan hasil karya siswa yang dilaksanakan oleh sekolah-sekolah mitra dalam rangka memeriahkan HUT PGRI dan Hari Guru Nasional tahun ini. 

Wakil Bupati yang juga sekaligus Plt.Bupati Batu Bara, Bapak RM Harry Nugroho mengungkapkan apresiasi yang tinggi atas inovasi dan kreativitas yang ditunjukkan sekolah-sekolah. Beliau mengungkapkan bahwasanya memang sudah seharusnya setiap guru dan sekolah terus melakukan inovasi dalam proses pembelajaran untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang.

Hal yang sama diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan yang juga Ketua PGRI Batu Bara Drs. H. Darwis, M.Si. Sebagai wujud apresiasinya, Ia mengungkapkan keinginanya menampilkan beberapa karya terbaik untuk mengisi stand dinas pendidikan pada HUT kabupaten bulan Desember yang akan datang.

Kegiatan ini dihadiri 1500 orang guru dan didukung oleh Tanoto Foundation. Dukungan ini telah diberikan selama tiga tahun berturut-turut sebagai bukti komitmen dalam meningkatkan kualitas guru dan pendidikan di Indonesia.

Bukan lagi kampanye ya, hanya coba pentass,,,,heheheh

Jumat, 24 November 2017

Workshop Pengembangan RPP yang Efektif

Salah satu bukti bahwa guru berkualitas atau tidak dapat dilihat dari kualitas rpp yang dikembangkannya. Guru yang berkualitas dan inovatif selalu mengembangkan perencanaan pembelajarannya secara mandiri dan mendorong siswa belajar aktif dan berprestasi.

Mengingat pentingnya kemampuan tersebut bagi guru, maka hari ini Tanoto Foundation melakukan workshop pengembangan rpp yang efektif kepada 35 orang guru dari 9 sekolah dasar  kec. Pangkatan Kab. Lab. Batu. Dalam pelatihan ini peserta dilatihkan mengenai ciri" rpp yang efektif dan bagaimana cara mengidentifikasinya. Pelatihan ini difasilitasi oleh Tiominar Simarmata, S.Pd.SD, Fasilitaor Lokal Tanoto Foundation dan didampingi oleh Abdy Sinulingga, staff Regional Project Officer Kab. Labuhanbatu Regional Sumatera Utara.




"Pelatihan ini membuat saya jadi betul" paham apa makna rpp bagi seorang guru dan tau bagaimana ciri" rpp yang aktif dan efektif" tutur Ibu Anna Maria, salah satu peserta pelatihan. Hal senada disampaikan oleh Ibu Indah Sinaga yang mengungkapkan bahwa melalui workshop ini, ia semakin memahami bagaimana mengembangkan sebuah pembelajaran yang mengaktifkan siswa di kelas. 
Kegiatan ini adalah rangkaian pelatihan peningkatan kualitas guru melalui forum kelompok kerja guru dari Tanoto Foundation. Kegiatan ini adalah kegiatan ke-4 atau yang terakhir di tahun 2017. Sebelumnya para peserta juga telah mendapatkan pelatihan yang sama dengan topik yang berbeda, diantarnya tentang metode pembelajaran aktif dan penilaian proses pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran aktif yang telah dilatihkan adalah metode pembelajaran kontekstual dan pembelajaran berkelompok (cooperative learning). Sedangkan untuk penilaian proses pembelajaran, guru" dilatihkan tentang bagaimana mengembangkan portofolio dan rubrik.

Tanoto Foundation adalah sebuah lembaga philantropy yang didirikan oleh Bapak Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto. Tanoto Foundation terus berkomitmen menjadi lembaga terbaik (center of Excellence) dalam mengentaskan kemiskinan melalui pelaksanaan berbagai program-program yang inovatif dan berkelanjutan. Salah satunya adalah program peningkatan kualitas pendidikan yang dikenal dengan program PELITA PENDIDIKAN. Melalui program ini, Tanoto Foundation telah mendampingi peningkatan kualitas pendidikan di 357 Sekolah Dasar di Indonesia. #proudofTanotoFoundation

Rabu, 22 November 2017

Pengembangan Pembelajaran Kontekstual di Batubara

Sebanyak 210 orang guru sekolah dasar dari 22 sekolah mengikuti workshop Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kec. Talawi Batubara. Kegiatan ini adalah kegiatan awal Program Akselerasi Tanoto Foundation dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Batu Bara yang direncanakan akan berlangsung sampai tahun 2019.  Kegiatan ini dihadiri oleh Dinas Pendidikan yang diwakili oleh Kepala Seksi Bidang Peningkatan Guru dan Tenaga Kependidikan, Rahmat, S.Pd dan Regional Program Manager, Yusri Nasution. Fasilitator pada kegiatan ini adalah Fasilitator Lokal Tanoto Foundation yang berjumlah 8 orang dan didampingi oleh 4 orang staf Tanoto Foundation Regional Sumatera Utara.

Melalui kegiatan ini diharapkan guru-guru mampu melakukan proses belajar mengajar yang menyenangkan dan inovatif sesuai dengan konteks kabupaten Batubara. Agar harapan ini dapat tercapai, selama dua tahun guru-guru akan dilatihkan cara-cara pembelajaran yang menyenangkan, inovatif dan efektif dengan menghadirkan situasi nyata yang dialami anak-anak kedalam proses pembelajaran.

Dalam pelatihan ini, nantinya guru-guru akan dilatihkan tentang konsep pembelajaran aktif (active learning), pembelajaran inkuiri (inquiry leaning), pembelajaran berbasis masalah (problem solving), pertanyaan tingkat tinggi (high order thingking skills), belajar berkelompok (community learning), media dan sumber belajar, penilaian yang otentik (authentic assesment) dan teknik-teknik mengali dan melakukan refleksi proses pembelajaran bermakna melalui penelitian tindakan kelas (action research) dan lesson study.

Tanoto Foundation  adalah sebuah lembaga philantrophy yang didirikan oleh Bapak Sukanto Tanoto dan Ibu Tinah Bingei Tanoto. Tanoto Foundation terus berkomitmen menjadi lembaga terbaik (Center of Excellence) dalam mengentaskan kemiskinan melalui pelaksanaan berbagai program-program yang inovatif dan berkelanjutan. Salah satunya adalah program peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Saat ini Tanoto Foundation telah mendampingi peningkatan kualitas pendidikan di 357 sekolah di Indonesia, salah satunya adalah di kabupaten Batubara Sumatera Utara.

Semoga program ini dapat terlaksana dengan baik dan dapat meningkatkan pendidikan di kab. Batubara dan Indonesia. #proudofTanotoFoundation




Rabu, 18 Oktober 2017

Mengukur Efektivitas Sekolah

Efektifitas adalah ukuran sejauh mana yang kita harapkan tercapai. Dalam kaitannya dengan persekolahan, apa yang diharapkan dituliskan dalam visi misi dan tujuan sekolah. Oleh karena itu, sekolah yang efektif dapat juga dikatakan sebagai sekolah yang mampu memberdayakan seluruh komponen sekolah untuk mencapai visi misi dan tujuan sekolah.

Salah satu model yang saat ini banyak digunakan untuk mengukur efektifitas sekolah adalah sekolah berbasis mutu total . Model ini mengukur efektivitas sekolah dari segi kepemimpinan, manajemen SDM, manajemen proses, perencanaan, serta dampak ke masyarakat. (Schreerens & Bosker, 1997). Supaya sukses dalam menerapkan model ini, sekolah harus ditopang lima pilar utama yaitu:  (1) fokus pada pelanggan (siswa, guru dan orang tua); (2) Keterlibatan total semua warga sekolah; (3) Menggunakan data sebagai pengambil keputusan; (4) Komitmen pada perubahan, serta (5) perbaikan terus menerus (continious learning).

Lebih lanjut menurut Crech (1996:6) terdapat lima pilar penting agar model ini berhasil diterapkan yang meliputi organisasi, kepemimpinan, komitmen, proses dan produk. Dalam penjelasannya Crech menghubungkan antara pilar-pilar tersebut sebagai berikut: Produk adalah titik sentral untuk tercapainya tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk tidak akan dihasilkan tanpa pengendalian mutu di dalam proses. Mutu di dalam proses tidak akan terjamin tanpa organisasi yang efektif (ingat peter senge). Organisasi yang efektif dan tepat tidak akan ada artinya tanpa pemimpin yang memadai. Komitmen dari semua komponen sangat penting mendukung semua pilar organisasi. Setiap pilar tergantung pada keempat pilar yang lain dan kalau salah satu yang lemah dengan sendirinya pilar yang lainnya juga lemah.

Sumber: Dr. Supardi, M.Pd. PhD. 2013. Sekolah efektif : Konsep dasar dan praktiknya, hal.5-7. 

Kombinasi Berbagai cara Menyampaikan Pembelajaran

  Ragam cara melaksanakan pembelajaran: ceramah, kegiatan individu, dan kegiatan kelompok. Dalam melaksanakan pembelajaran, berbagai kombina...