Terdapat beberapa alasan mengapa TIK perlu diintegrasikan dalam pembelajaran. Pertama, dengan hadirnya TIK terjadi pergeseran paradigm pembelajaran yang semula terpusat pada guru (teacher oriented) menjadi belajar yang berpusat pada peserta belajar (student oriented). Dalam hal ini guru dimaknai sebagai fasilitator dan katalisator dalam pembelajaran. Kedua, model pembelajaran terintegrasi dengan TIK merupakan model belajar aktif dan kolaboratif. Hal ini diakibatkan pola interaksi yang digunakan berubah. Yang semula guru sebagai narasumber tunggal berubah ke pola kolaborasi yang menuju siswa belajar aktif. Ketiga, dapat meningkatkan motivasi, keterampilan, struktur berpikir, berkomunikasi secara elektronik serta lebih aktif dalam pembelejaran.
Sebuah proses pembelajaran dikatakan telah terintegrasi dengan TIK, jika dalam proses pembelajarannya telah terlihat proses belajar berikut :
- Aktif; memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
- Konstruktif; memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
- Kolaboratif; memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
- Antusiastik; memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
- Dialogis; memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
- Kontekstual; memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning”
- Reflektif; memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. (Jonassen (1995), dikutip oleh Norton et al (2001)).
- Multisensory; memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik (dePorter et al, 2000).
- High order thinking skills training; memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung juga meningkatkan ”ICT & media literacy” (Fryer, 2001).
Penyataan UNESCO berikut kiranya perlu diperhatikan oleh setiap orang yang mencoba mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran :
"Jika pemanfaatan TIK dalam pembelajaran masih membuat siswa tetap pasif, mereproduksi pengetahuan (sekedar menghafal), seperti guru mengajar dengan menggunakan slide presentasi dimana yang masih dominan adalah dirinya, maka sia-sialah teknologi tersebut diiintegrasikan dalam proses pembelajaran yang kita lakukan. Percayalah, jika itu yang terjadi, maka siswa-siswi kita nanti hanya akan memiliki ”PENGETAHUAN TENTANG ....” bukan KEMAMPUAN UNTUK .....”. (adaptasi dari Division of Higher Education, UNESCO, 2002)
"Jika, pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran hanya bertujuan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, dimana ia berperan sebagai satu-satunya sumber informasi dan sumber segala jawaban, keterampilan masyarakat abad 21 tidak akan tecapai"
Kesimpulan
Peran penting integrasi TIK dalam proses pembelajaran adalah untuk membangun keterampilan masyarakat abad 21, yaitu 1) keterampilan melek TIK dan media (ICT and media literacy skills), (2) keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills), (3) keterampilan memecahkan masalah (problem-solving skills), (4) keterampilan berkomunikasi efektif (effective communication skills); dan keterampilan bekerjasama secara kolaboratif (collaborative skills). Peran guru dalam membangun keterampilan abad 21 melalui pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran adalah menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar yang dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran harus memungkinkan siswa menjadi partisipan aktif, menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli, serta belajar secara individu sebagai mana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.
Peran penting integrasi TIK dalam proses pembelajaran adalah untuk membangun keterampilan masyarakat abad 21, yaitu 1) keterampilan melek TIK dan media (ICT and media literacy skills), (2) keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills), (3) keterampilan memecahkan masalah (problem-solving skills), (4) keterampilan berkomunikasi efektif (effective communication skills); dan keterampilan bekerjasama secara kolaboratif (collaborative skills). Peran guru dalam membangun keterampilan abad 21 melalui pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran adalah menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar yang dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran harus memungkinkan siswa menjadi partisipan aktif, menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli, serta belajar secara individu sebagai mana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.
Daftar Rujuakan
Chairuman, U. 2008. Rencana Pembelajaran yang mengintegrasikan TIK dalam Pembelajaran, Pusat TIK departemen Pendididkan Nasional
Pisapia, J,and Perlemen,S. (1993). Learning Technology in the Classroom: Case studies of intensive School
UNESCO.2001. Teacher education Through Distance Learning, Paris: UNESCO
Sutrisno.2011. Pengantar Pembelajaran Inovatif Berbasis ICT. Gaung Persada Press: Jakarta
Wang, Q and Woo.H.L. 2007. Systemic Planning for ICT integration in topic learning, Journal of Educational Technology and Society, 10(1), 148-156