Senin, 20 Oktober 2014

Teknologi Informasi dalam Pendidikan

Terdapat beberapa alasan mengapa TIK perlu diintegrasikan dalam pembelajaran. Pertamadengan hadirnya TIK terjadi pergeseran paradigm pembelajaran yang semula terpusat pada guru (teacher oriented) menjadi belajar yang berpusat pada peserta belajar (student oriented). Dalam hal ini guru dimaknai sebagai fasilitator dan katalisator dalam pembelajaran. Kedua, model pembelajaran terintegrasi dengan TIK merupakan model belajar aktif dan kolaboratif. Hal ini diakibatkan pola interaksi yang digunakan berubah. Yang semula guru sebagai narasumber tunggal berubah ke pola kolaborasi yang menuju siswa belajar aktif. Ketiga, dapat meningkatkan motivasi, keterampilan, struktur berpikir, berkomunikasi secara elektronik serta lebih aktif dalam pembelejaran.

Sebuah proses pembelajaran dikatakan telah terintegrasi dengan TIK, jika dalam proses pembelajarannya telah terlihat proses belajar berikut : 
  •  Aktif;  memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
  • Konstruktif; memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
  • Kolaboratif; memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
  • Antusiastik; memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
  • Dialogis; memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
  • Kontekstual; memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning
  • Reflektif; memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. (Jonassen (1995), dikutip oleh Norton et al (2001)).
  • Multisensory; memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik (dePorter et al, 2000).
  • High order thinking skills trainingmemungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung juga meningkatkan ”ICT & media literacy” (Fryer, 2001).

Penyataan UNESCO berikut kiranya perlu diperhatikan oleh setiap orang yang mencoba mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran : 

"Jika pemanfaatan TIK dalam pembelajaran masih membuat siswa tetap pasif, mereproduksi pengetahuan (sekedar menghafal), seperti guru mengajar dengan menggunakan slide presentasi dimana yang masih dominan adalah dirinya,  maka sia-sialah teknologi tersebut diiintegrasikan dalam proses pembelajaran yang kita lakukan.  Percayalah, jika itu yang terjadi, maka siswa-siswi kita nanti hanya akan memiliki ”PENGETAHUAN TENTANG ....” bukan KEMAMPUAN UNTUK .....”.  (adaptasi dari Division of Higher Education, UNESCO, 2002)

"Jika, pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran hanya bertujuan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, dimana ia berperan sebagai satu-satunya sumber informasi dan sumber segala jawaban, keterampilan masyarakat abad 21 tidak akan tecapai"


        Disinilah letak perbedaan antara guru abad 21 dengan guru tradisional. Kita sebagai guru abad 21 guru yang telah menggeser paradigma pembelajaran dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered learning) menuju pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning) dimana ia lebih berperan sebagai desainer pembelajaran, fasilitator, pelatih dan manajer pembelajaran. Bukan sebagai pencekok informasi dan satu-satunya sumber belajar, sang maha tahu. Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain pembelajaran atau menyusun rencana pembelajaran yang mencirikan paradigma baru pembelajaran seperti dijelaskan di atas dengan mengintegrasikan TIK sebagai sarananya.

Kesimpulan 
Peran penting integrasi TIK dalam proses pembelajaran adalah untuk membangun keterampilan masyarakat abad 21, yaitu 1) keterampilan melek TIK dan media (ICT and media literacy skills), (2) keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills), (3) keterampilan memecahkan masalah (problem-solving skills), (4) keterampilan berkomunikasi efektif (effective communication skills); dan keterampilan bekerjasama secara kolaboratif (collaborative skills). Peran guru dalam membangun keterampilan abad 21 melalui pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran adalah menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar yang   dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran harus memungkinkan siswa menjadi partisipan aktif, menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli, serta belajar secara individu sebagai mana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.

Daftar Rujuakan
Chairuman, U. 2008. Rencana Pembelajaran yang mengintegrasikan TIK dalam Pembelajaran, Pusat TIK departemen Pendididkan Nasional
Pisapia, J,and Perlemen,S. (1993). Learning Technology in the Classroom: Case studies of intensive School
UNESCO.2001. Teacher education Through Distance Learning, Paris: UNESCO
Sutrisno.2011. Pengantar Pembelajaran Inovatif Berbasis ICT. Gaung Persada Press: Jakarta
Wang, Q and Woo.H.L. 2007. Systemic Planning for ICT integration in topic learning, Journal of Educational Technology and Society, 10(1), 148-156

Minggu, 30 Maret 2014

Learning revolution


LEARNING REVOLUTION adalah proses pembelajaran yang menggunakan kedua belah otak manusia dalam proses pembelajaran. Learning revolution menggunakan hasil penelitian terbaru yang telah teruji dalam pendidikan yang mampu meningkatkan siswa dalam belajar (lihat gambar).
Berikut adalah gambaran konsep belajar "revolusi pembelajaran" yang digunakan saya maksud : 



Berikut masing-masing keterangannya: 
  1. Pembelajaran Berbasis Otak : cara belajar paling mutakhir saat ini yang didasarkan pada penelitian otak yang menunjukkan bahwa otak memiliki kemampuan tak terbatas dan mampu di tingkatkan jika diberikan proses pembelajaran yang tepat. 
  2. Siswa aktif : Pembelajaran siswa aktif menuntut siswa lebih banyak melakukan kegiatan yang menantang.  
  3. Peta Pikiran : Peta pikiran didasarkan pada  cara otak bekerja. 
  4. Enjoyfull Learning : Kami meyakini bahwa proses pembelajaran bisa dan harus dibuat dengan cara yang menyenangkan
  5. Penggunaan ICT : penggunaan ICT fokus pada penggunaan  multimedia pembelajaran. Kami meyakini bahwa siswa lebih banyak belajar menggunakan media pembelajaran. 
  6. Leadership Karakter : " The end of education of character". Karakter memapukan siswa untuk lebih  memaksimalkan potensi hidupnya dan  memimpin dunia di masa depan. 

Semoga menginspirasi...:)


Jumat, 28 Maret 2014

Ensiklopedia dan Wikipedia pendidikan

Negeri ini memiliki banyak pemikir dan ahli pendidikan yang senantiasa berupaya memformulasikan konsep pendidikan di negeri ini. Dalam aspek kurikulum pendidikan misalnya, kurikulum yang diberlakukan di negeri ini selalu dilandasi dengan filosofi, idealisme, dan teori serta dimaksudkan untuk tujuan yang mumpuni. Para ahli berkumpul untuk memformulasikan semua hal tersebut di atas. Sebuah kegiatan yang menggunakan bahasa bahasa dan pemikiran tingkat tinggi yang bisa dianalogikan sebagai ‘bahasa dan pemikiran tingkat surgawi’. Namun banyak hal yang terjadi di level surgawi tersebut tidak diterjemahkan ke bahasa bahasa dan pemikiran pemikiran yang membumi sehingga para pelaku pendidikan acapkali mengalami kesulitan menerapkan hasil hasil kegiatan di tataran surgawi tersebut.

Saya adalah seorang pelaku pendidikan atau setidaknya berani mengaku sebagai pelaku pendidikan. Saya jelas tidak mampu dan tidak akan pernah mampu untuk menjadi bagian dari kegiatan surgawi seperti tersebut di atas. Namun minggu kemarin, saya mendapatkan kesempatan langka untuk menyaksikan sebuah kegiatan di tataran tersebut  Saya menghadiri sebuah seminar di sebuah universitas terkemuka di Jakarta yang menghadirkan banyak tokoh pendidikan.
Sebagai orang yang tidak begitu paham bahasa bahasa surgawi, saya tidak terlalu paham apa yang mereka bicarakan atau kenapa hal seperti itu perlu dibicarakan. Saya bukan fans seorang Anies Baswedan, namun ada satu pernyataan yang dikeluarkan oleh Pak Anies yang menarik bagi saya.
Beliau mengemukakan satu analogi yang menggambarkan kondisi pendidikan selama ini dan kondisi yang ingin dicapai.  Kondisi pendidikan selama ini digambarkan sebagai sebuah Ensiklopedia Britanica dan kondisi yang ingin dicapai ibaratnya adalah seperti Wikipedia. Sebuah analogi yang menarik dan saya akan mencoba menterjemahkannya dalam bahasa bahasa bumi.

Pendidikan ‘Ensiklopedia’ vs ‘Wikipedia’
Wikipedia sebenarnya adalah juga Ensiklopedia, namun ada perbedaan mendasar antara keduanya yang juga berarti ada perbedaan mendasar antara pendidikan versi keduanya.
Ensiklopedia adalah sejumlah tulisan yang berisi penjelasan yang menyimpan informasi secara komprehensif dan mudah dipahami mengenai berbagai hal yang disusun berdasarkan abjad, kategori atau volume terbitan dan pada umumnya tercetak dalam bentuk rangkaian buku yang tergantung pada jumlah bahan yang disertakan.
Ensiklopedia biasanya disusun oleh sebuah tim penyusun yang memang bertujuan mengembangkan ensiklopedia tersebut. Pendidikan ‘Ensiklopedia’ kemudian dapat diartikan sebagai pendidikan yang segala komponennya ditentukan oleh sekelompok orang / ahli yang merumuskan keseluruhannya dari filosofi, desain, perencanaan, strategi, implementasi maupun evaluasinya. Seperti juga ensiklopedia, pendidikan model ini terkesan kaku dan tidak memberi ruang bagi para pelakunya, selain yang sudah ditunjuk, untuk ikut merumuskan bentuknya. Semua sudah ditentukan dan kontekstualisasinya belum tentu bisa atau boleh dilakukan. Inilah model pendidikan yang selama ini dipergunakan di negeri ini.
Sedangkan Wikipedia, walaupun secara prinsip sama dengan ensiklopedia, selain menyajikan informasi yang biasa ditemui di dalam sebuah ensiklopedia, juga memuat tulisan tulisan dan topik topik berita terkini.
Berbeda dengan ensiklopedia, isi Wikipedia dapat diciptakan oleh penggunanya. Wikiedia menyediakan ‘platform’ dan siapapun bisa dan boleh mengakses, menambah maupun mengurangi isinya.
Pendidikan model ini kemudian berarti sebuah bentuk pendidikan di mana pemerintah hanya akan menyediakan ‘platform’ nya. Model ini memungkinkan semua pelaku pendidikan melakukan kontekstualisasi maupun penyesuaian yang memang pe3rlu untuk dilakukan asalkan masih menggunakan ‘platform’ yang sudah ditentukan.
Dengan mempertimbangkan segala keragaman negeri ini, pendidikan model inilah yang kemudian diinginkan untuk dipergunakan.

Me’Wikipedia’kan Ensiklopedia dalam Proses Pembelajaran
Sebagai manusia bumi yang selalu berpikir praktis, saya lalu tergelitik untuk mencari tahu apakah konsep ensiklopedia Wikipedia ini bisa diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas.
Selama ini pembelajaran di kelas di banyak sekolah di negeri ini lebih banyak bersifat dogmatis, mengacu sepenuhnya pada materi yang sudah ditentukan dan dikendalikan sepenuhnya oleh guru. Sebuah proses kaku yang  berpusat pada guru. Mirip dengan konsep sebuah ensiklopedia yang dikemukakan di atas.
Bisakah proses seperti itu diubah menjadi sebuah proses partisipatif, fleksibel yang berpusat pada subyek pembelajaran yaitu peserta didik? Kalau bisa, apakah hal tersebut harus dilakukan dengan cara menghapuskan ensiklopedia yang berarti meniadakan proses proses yang selama ini sudah dilakukan? Ilustrasi berikut mungkin bisa membantu menjawab pertanyaan ini.
Alkisah seorang guru kampung bernama Poinem berencana untuk menggunakan ensiklopedi dalam proses pembelajaran di kelasnya.
Pertama-tama dimintanya para siswa yang sudah duduk berkelompok untuk mengambil ensiklopedi di perpustakaan. Karena tema pembelajaran di kelas Ibu Poinem adalah lingkungan sekitar, setiap kelompok kemudian diminta untuk menentukan sendiri hal apa yang akan dipelajar dalam setiap kelompoki, ada yang memilih unggas, ada yang memilih serangga, dan ada yang memilih pohon. Setiap kelompok kemudian memilih enam spesies untuk masing masing kategori yang sudah mereka tentukan, membuat gambar, dan menuliskan nama spesies tersebut menurut ensiklopedi maupun sesuai nama di kampung mereka.Sampai di sini, siswa sudah mencoba membuat ‘entry’ sendiri di dalam ‘wikipedia’ di kelas mereka dengan 6 unggas, 6 serangga dan 6 pohon paling sering ditemukan di wilayah mereka.
Setelah itu, setiap siswa diminta untuk melakukan survey sederhana mengenai 6 spesies yang telah mereka tentukan. Langkah awalnya adalah dengan menentukan apa yang akan dicari tahu. Apakah menentukan spesies mana yang paling bermanfaat, paling dibenci, ataupun paling disukai, terserah masing masing kelompok. Lalu setiap kelompok melakukan survey sederhana dengan menanyai sejumlah responden sesuai jumlah yang disepakati. Hasilnya adalah kesimpulan spesies mana yang menempati posisi teratas sesuai tabel hasil survey. Sekali lagi mereka mengisi sendiri ‘entry’ di Wikipedia kelompok mereka.
Langkah berikutnya, setiap siswa memilih dua spesies dari daftar spesies yang telah ada di Wikipedia mereka, lalu mencoba membandingkan kedua spesies tersebut. Informasinya bisa didapatkan salah satunya di ensiklopedia yang tersedia. Hasilnya kemudina dipresentasikan.Di akhir langkah ini, semua siswa mengetahui persamaan dan perbedaan masing masing spesies.
Di akhir kegiatan belajar, para siswa kemudian dibebaskan menggambar/ menggambarkan sendiri satu spesies versi mereka sendiri yang menggabungkan berbagai kelebihan spesies sesuai dengan pemahaman yang sudah mereka dapatkan. Hasilnya sekali lagi dipresentasikan.
Maka lengkaplah sudah ‘wikipedia’ kelas Ibu Poinem hari itu. Walaupun basis informasinya ensiklopedia, namun kelas Ibu Poinem telah mencoba menciptakan sendiri ‘wikipedia’ mereka dengan berbagai informasi yang sesuai dengan konteks mereka sendiri.
Melalui illustrasi tersebut  di atas, tergambarlah bahwa hal hal yang sudah ada selama ini, yang berupa daftar berbagai informasi, yang bisa diibaratkan sebagai sebuah ensiklopedia, bisa diolah sendiri oleh para subyek pembelajaran, yaitu para siswa menjadi sebuah sajian informasi baru yang interaktif, kontekstual dan menarik. Orientasinyapun sudah tidak lagi ke guru. Fungsi guru berubah menjadi fasilitator pembelajaran.

Singkat kata, me’wikipedia’kan ensiklopedia dalam proses pembelajaran adalah proses yang niscaya. ‘Wikipedia’ bisa jadi alternative pengganti yang lebih berdaya guna dibandingkan ‘Ensiklopedia’. Konsep surgawi itu ternyata bisa diterjemahkan ke dalam bahasa bumi.

Tulisan dari seorang sahabat...:)

Persiapan UN 2014

Suasana Belajar di kelas
Siswa pertama - SMA St. Xaverius


 

Senin, 20 Januari 2014

To Be Great Teacher

" Tidak cukup hanya baik, tapi harus hebat. "Good is the enemy of Great" ( Jim Collins)

Pendidikan kita saat ini butuh guru yang hebat, tidak hanya yang baik. Guru yang memiliki semangat untuk mengembangkan potensi anak didik seoptimal mungkin tanpa mengharapkan embel-embel penghargaan yang mengikutinya. Guru yang selalu menginspirasi anak didiknya untuk berani menjalani jalan yang belum pernah dijalani, bahkan oleh guru itu sendiri. Guru yang bisa memaknai makna menjadi guru lebih dalam daripada orang awam pada umumnya.

Senin, 06 Januari 2014

Good to Great

Kita tidak mempunyai sekolah yang hebat, pada prinsipnya karena kita mempunyai sekolah yang baik. Kita tidak punya pemerintahan yang hebat, pada prinsipnya karena kita mempunyai pemerintah yang baik. 

Hanya sedikit orang dapat memperoleh hidup yang hebat, dikarenakan sebagian besar mudah untuk merasa puas dengan hidup yang baik. 
Baik adalah musuh dari hebat.  

Walupun buku “Good to Great” berbicara tentang bisnis tetapi buku ini bukanlah semata berbicara tentang bisnis. Karena, baik menjadi hebat bukanlah hanya masalah bisnis, tetapi juga masalah manusia. 

Buku ini mencoba memberikan petualangan intelektual (konsep berpikir) untuk menemukan apa yang diperlukan untuk mengubah baik menjadi hebat. Dibangun dengan menggunakan konsep kotak hitam (blackbox).

Apa itu konsep blackbox? Konsep ini adalah cara berpikir untuk membangun ide, gagasan, dengan mengkaji apa yang sudah ada dan membadingkannya dengan hasil yang diharapkan kemudian melihat perbedaannya, kemudian menganalisa penyebab atau proses yang terjadi mengapa hal itu berbeda.  

Oleh karena itu seluruh cerita dalam buku ini adalah merupakan pencarian jawaban atas apa yang terjadi atau apa yang dimasukkan kedalam blackbox agar dapat mengubah orang-orang yang baik menjadi hebat” 

Sang penulis, Jim Collins mengungkapkan ada lima hal yang dapat membuat orang-orang berubah dari baik menjadi hebat adalah sebagai berikut :

Pertama, Kepemimpinan Tingkat 5 


Hal pertama yang dibutuhkan agar kita bisa bertumbuh dari baik menjadi hebat adalah memiliki karakter kepemimpinan tingkat 5 yaitu kombinasi dari kerendahatian dan  kemauan keras (ambisi)


Kedua, Pertama siapa, kemudian baru apa ( first who, then what)


Ketika kita mengetahui impian atau tujuan yang ingin kita capai, agar apa yang kita lakukan menjadi sesuatu yang hebat tidak hanya baik, menurut Jim Collins hal pertama yang harus kita lakukan adalah menemukan siapa yang akan kita ajak bergabung, baru kemudian membicarakan visi misi, strategi atau cara untuk mencapai apa yang kita inginkan. 
Continiue....:)




Inspiring words :
  •   Kehebatan bukan fungsi keadaan, tetapi pilihan yang dibuat dengan sadar
  • Teknologi dapat mempercepat transformasi, tetapi teknologi tidak dapat menyebabkan transformasi dari baik menjadi hebat
  •  Anda dapat mencapai apapun dalam hidup, asalkan anda tidak keberatan siapa yang mendapatkan nama
  • Kombinasi kesederhanaan, kemauan (keteguhan hati) keras, Kerendahan hati + tidak mengenal takut = Pemimpin Tingkat 5 (pemimpin yang hebat)

Kombinasi Berbagai cara Menyampaikan Pembelajaran

  Ragam cara melaksanakan pembelajaran: ceramah, kegiatan individu, dan kegiatan kelompok. Dalam melaksanakan pembelajaran, berbagai kombina...