Sesuai judulnya buku ini memperkenalkan
dua pola berfikir, yakni pola berfikir tetap dan pola berfikir tumbuh. Pola
berfikir tetap dilandasi keyakinan bahwa kecerdasan dan kemampuan seseorang
dibawa lahir. Sebaliknya pola berfikir tumbuh dilandasi keyakinan bahwa kecerdasan dan kemampuan seseorang dapat
tumbuh lewat latihan, ketekunan, dan usaha karena setiap orang sesungguhnya
memiliki potensi tanpa batas untuk belajar dan berkembang.
Sejumlah contoh diberikan untuk
mendukung kebenaran pola berfikir tumbuh, diantaranya adalah sejarah hidup
Wilma Rudolph – seorang pelari olimpiade – yang lahir prematur dan kehilangan
fungsi kaki karena terserang penyakit polio namun akhirnya berhasil meraih medali
emas di Olimpiade Roma tahun 1960. Selain itu ada juga gambaran sosok Marie
Curie dan Malala Yousafzai yang terkenal itu.
Buku ini menarik karena sangat
relevan bagi guru-guru di sekolah mitra Program PINTAR Tanoto Foundation karena
sesungguhnya guru yang kita cita-citakan bersama adalah guru yang memiliki pola
berfikir tumbuh.
Pertama, guru dengan pola
berfikir tumbuh tidak akan pernah menghakimi anak didiknya bodoh dengan ukuran
apapun termasuk rumusan Kompetensi Dasar dan tujuan pembelajaran. Itulah sebabnya
kita melatih dan mendampingi guru untuk realistis dalam merumuskan tujuan
pembelajaran. Guru dengan pola berfikir tumbuh akan terus berusaha menemukan
cara terbaik yang paling disukai anak didiknya untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda dan tugas guru
adalah menemukan gaya belajar yang khas tersebut sehingga tugas mengajar dan
belajar menjadi menyenangkan bagi kedua belah fihak.
Kedua, guru dengan pola berfikir
tumbuh senantiasa memiliki cara-cara yang unik dan baru dalam mengajar. Mereka
adalah guru yang senantiasa menantang diri untuk memberi pengalaman belajar
yang menarik, berharga, dan bermakna bagi anak didik. Struktur MIKiR yang kita
ajarkan tidak rigid mengikat tetapi
dapat mengakomodir segala bentuk kreasi untuk merancang bagian M,I,Ki, dan R
nya. Guru dengan pola berfikir tumbuh dapat menuntaskan tuntutan kurikulum
secara efektif dan efisien sehingga peserta didik dapat merasakan perkembangan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap baik di dalam diri yang membuat mereka
merasa bahagia dan sejahtera.
Ketiga, guru dengan pola berfikir
tumbuh akan selalu berada di dekat anak didiknya untuk membantu mereka keluar
dari kesulitan belajarnya dan untuk mampu mengenali diri sendiri dan menemukan
kekuatan/kelebihannya. Di program PINTAR, guru dibimbing untuk mampu merancang
tugas dan pertanyaan yang bersifat high
order thinking bukan sekedar pertanyaan dan tugas yang bersifat ingatan.
Mereka juga dilatih untuk mampu mengelola kelas dalam pembelajaran secara berpasangan/berkelompok,
tidak semata klassikal. Dengan dua kompetensi itu, guru yang memiliki pola
berfikir tumbuh akan mampu memacu anak didik untuk mengubah kegagalan menjadi
kesempatan memperbaiki diri bahkan memotivasi mereka untuk mencapai prestasi terbaik
di bidang yang diminatinya.
Kelemahan buku ini lebih kepada
gaya penulisannya yang cenderung sangat praktis sehingga terkesan menggurui.
Pembaca yang menyukai konsep-konsep yang bersifat filosofis tidak akan terlalu
menikmati buku ini karena kepraktisannya. Sebaliknya buku ini cocok bagi guru
yang merindukan resep untuk langsung dipraktikkan di kelasnya maupun untuk
mengubah hal yang selama ini dinilainya benar antara lain tidak lagi membuat
denah kelas berdasarkan kepintaran anak didik atau tidak lagi menyuruh anak
yang gagal menjawab pertanyaan berdiri di depan kelas.
Kelemahan lainnya, buku ini
merupakan karya terjemahan sehingga bahasa yang digunakan juga terkesan merepresentasikan
konteks budaya yang berbeda. Sebahagian
guru akan kesulitan menerapkan kiat-kiat yang diberikan misalnya mengobrol 2
menit dengan anak didik tentang sesuatu yang tidak ada hubungannya denagn
sekolah. Hal ini akan relatif sulit dilakoni guru karena kebanyakan guru belum
menganut alam berfikir demokratis dan egalitarian sebagaimana yang digambarkan
pada buku.
Kesimpulannya buku ini sangat
relevan dengan semangatr yang kita kembangkan di Program PINTAR. Kita percaya
bahwa pembelajaran aktif yang kita berikan melalui pelatihan dan pendampingan akan
lebih berhasil manakala diawali dengan perubahan pada pola berfikir guru dari
pola berfikir tetap menajdi pola berfikir tumbuh. Sebagai tambahan,
jangan-jangan kegagalan kita dalam memperoleh dampak terbaik dari pelatihan dan
pendampingan selama ini dikarenakan sebahagian guru yang kita latih masih
memiliki pola berfikir tetap. Wallohua’lam.