Selasa, 19 September 2023

Roda Pintar Baca Tulis

Berikut ini adalah salah satu praktik baik dampingan projek saya dalam meningkatkan membaca dan menulis. Praktik baik ini ditulis dengan model ATAP (Awal, Tantanga, Aksi dan Perubaha yang terjadi).   

Awal: 

Guru ingin suasana kelas yang menyenangkan ketika belajar. Mengubah rasa bosan dan tidak semangat bahkan bagi sebagian siswa merasa panik ketika diunjuk guru untuk maju ke depan kelas.

Tantangan : 

1. Peserta didik tidak percaya diri dan merasa tertekan ketika diunjuk guru maju ke depan kelas yang membutuhkan penalaran secara cepat.

2. Kurangnya semangat peserta didik terhadap materi baca tulis

Aplikasi : strategi yang saya lakukan dengan memakai roda pintar baca tulis dalam kelompok: 

Perubahan : peserta didik menjadi lebih percaya diri, merasa senang ketika belajar dan mampu bernalar lebih kritis untuk mencari dan menemukan kata yang berasal dari gabungan huruf konsonan dengan huruf vokal secara acak.

Kamis, 14 September 2023

Membangun Rasa Percaya di Sekolah

Rasa percaya merupakan sebuah elemen yang tidak terpisahkan dari budaya sekolah yang positif dan produktif yang mana berkontribusi terhadap kualitas pengajaran, pembelajaran, dan kesejahternaan di sekolah. Andy Hargreaves dan Michael Fullan (2012) mendesak sekolah untuk secara kolektif dan sadar membangun rasa percaya terhadap guru, bahkan ketika itu akan menghasilkan tantangan baru dan kegagalan yang mengecewakan. 

Lima Bahan Baku atau Elemen Rasa Percaya

Profesor Megan Tschannen-Moran, salah satu cendekia yang berpengaruh untuk urusan rasa percaya dalam pendidikan, mendefinisikan rasa percaya sebagai " kerelaan untuk bisa sewaktu-waktu terluka oleh orang lain, akibat keyakinan bahwa orang lain tulus hati, jujur, dapat diandalkan dan berkompeten (2014, p.19). Ketika anda mempercayai sesorang, artinya Anda hanya memiliki sedikit ketakutan bahwa orang ini akan melukai Anda. Anda yakin bahwa orang ini berbicara dan bertindak dengan jujur, mengkomunikasikan informasi esensial kepada Anda, dan berperilaku seperti yang diperkirakan. 

Menurut Megan-Moran ada 5 elemen dari rasa percaya, seperti yang diilustrasikan pada gambar.

- Ketulusan. Rasa percaya bahwa kesejahteraan seseorang atau sesuatu yang sangat berarti bagi seseorang akan dilindungi pihak lain. Ketulusan merupakan suatu kondisi kunci untuk memperkaya interaksi, yang terjadi ketika orang-orang saling memabntu untuk menjadi sempurna daripada jika mereka bekerja sendirian, karena tanpanya, orang bisa cenderung menghabiskan energi mereka hanya agar tidak tampak bodoh atau terhindar dari tanggungjawab untuk mencari solusi alternatif (Toro, 2010). Dalam praktik, ini berarti bahwa sesorang tidak perlu takut bahwa individu atau kelompok lain akan mencoba memanfaatkan kelemahan atau kegamangan mereka. Dalam sekolah dengan rasa percaya yang rendah, baik guru dan siswa menghabiskan energi psikologis mereka sedemikian besar untuk berhadapan dengan rasa takut dan terluka di antara mereka. Sekolah yang telah dengan sukses menciptakan budaya berbasis rasa percaya sering kali meningkatkan ketulusan dengan membangun hubungan yang aman, ramah, dan memperkaya di antara semua anggota komunitas sekolah. 

- Kejujuran. Karakter, integritas, dan keotentikan dari seseorang yang dipercaya. Dalam praktik, ini berarti bahwa guru dapat menyandarkan diri pada kata dan tindakan rekan kerja, pengurus sekolah, dan siswa mereka. Saat kejujuran hilang, penghianatan, kecurigaan, dan ketidakpercayaan mengambil alih keadaan. Sekolah yang merayakan dan menerapkan rasa percaya telah secara sistematis memperkuat kerja sama dan komunikasi di antar guru dan anggota komunitas sekolah mereka lainnya.

- Keterbukaan. Sejauh mana informasi yang relevan dibagikan dan tidak disimpan oleh orang lain. Dalam praktik, ketika keterbukaan di sekolah berkurang, pendidikn akan mulai penasaran akan apa yang mungkin disembunyikan rekan kerja lain dari mereka dan mengapa. Lebih jauh lagi, ketika para guru merasa bahwa mereka saling bersaing di sekolah, mereka tidak akan membagikan ide terbaik mereka atau mendukung rekan kerja karena itu mungkin akan melemahkan posisi mereka dalam persaingan yang terjadi. Keterbukaan di sekolah seringkali merupakan buah dari kepemimpinan dengan tujuan yang pasti, norma-norma yang jelas tentang perilaku yang baik di antara guru, dan kolaborasi profesional di antara semua anggota komunitas sekolah. 

- Keandalan. Konsistensi perilaku dan tahu apa yang diharapkan dari orang lain. Dalam praktik, ini berarti bahwa setiap orang di sekolah menyadai peran individual dan kolektif mereka serta tanggungjawab yang mengiringinya. Sekolah yang berhasil menanamkan rasa tanggungjawab yang tinggi pada anggota stafnya ( contoh, guru yang konsisten menunjukkan perilaku profesional saat mereka memenuhi peran dan tanggungjawabnya) sering melakukan lewat investasi dalam hal pengembangan profesional berbasis sekolah dan suatu budaya kolaboratif. 

- Kompetensi. Kemampuan untuk menunjukkan performa sebagaimana yang diharapkan dan sesuai dengan standar yang layak atas tugas yang sedang dikerjakan. Dalam praktik, ini berarti bahwa sekolah telah menyampaikan harapan profesional dan pemahaman umum yang hanya dapat diwujudkan oleh profesional yang berpengalaman dan berkualitas demi terpenuhinya harapan tersebut. Rasa percaya terhadap guru-guru dapat menurun tidak peduli betapa andal, terbuka, atau jujur mereka di sekolah jika mereka tidak memiliki pengetahuan profesional, kompetensi dan karakter moral. 

Membangun sebuah budaya rasa percaya yang tinggi terhadap guru mensyaratkan, menurut model ini, ke semua 5 elemen secara bersamaan menjadi fokus sebuah tindakan dan secara bertahap menjadi semakin kuat. 

Rasa percaya, tentu saja, adalah sesuatu yang kasat mata. Ini sedikit mirip dengan kesehatan kita--kita jadi lebih tahu ketika mulai merosot atau hilang. Meski demikian, keuntungan rasa percaya bagi organisasi, sistem organisasi, dan individu sangat banyak. Berikut ini 5 keuntungan utama dari rasa percaya: 

  1. Rasa percaya terhadap sekolah dan guru ibarat lem yang mendukung ketergantungan dan keterpaduan sosial yang positif dalam sebuah sistem pendidikan. Dalam sistem seperti itu, pengetahuan, keterampilan profesional, dan kebijksanaan kolektif dari para pendidik dihargai sangat tinggi dalam pembuatn keputusan.
  2. Rasa percaya merupakan elemen mendasar dari kolaborasi dalam sekolah, dan kolaborasi merupakan kunci daya penggerak di balik sebuah sekolah yang sukses. 
  3. Rasa percaya mempromosikan (dan mensyaraktkan) kejujuran dan transparansi di antara guru, menyemangati pendidik untuk memberi dan menerima masukan profesional serta mendukung satu sama lain
  4. Ketika guru mempercayai siswanya dengan memberikan tanggungjawab yang wajar dan kewenangan yang cukup untuk memenuhinya, hubungan yang sehat antara guru dan siswa di kelas kan lebih berkembang
  5. Kepercayaan kolektif di sekolah secara positif berkaitarn dengan hasil pencapaian belajar siswa di sekolah

--------------------------------- ------------------------------------------------------------

Thursday, 14 Sept 2022, 09.30

Sumber : Pasi Sahlberg & Timothy D Walker, 2022, In Tacher We Trust: Pedoman Finlandia untuk Menjadi Sekolah Bertaraf Dunia, Bagian 1: Faktor X Bangsa Finlandia

Rabu, 13 September 2023

Contoh Umpan Balik Efektif

Umpan balik yang tepat berpengaruh pada motivasi belajar peserta didik. Pemberian umpan balik dilakukan dengan mendeskripsikan usaha terbaik peserta didik, dan membangun kesadaran pemangku kepentingan bahwa proses pencapaian tujuan pembelajaran lebih diutamakan dibandingkan dengan hasil akhir. Salah satu acuan dalam memberikan umpan balik dapat menggunakan tangga umpan balik (ladder of Feedback). Penjelasan terkait tangga umpan balik dapat dibaca pada bagian umpan balik yang efektif.

Berikut penerapan umpan balik terhadap sebuah karya atau kinerja peserta didik:

" Bagaimana kamu tahu gambar ini akan membentuk kubus?" (klarifikasi)

"Gambar kotak-kotak yang kamu buat, hampir sama sehingga mudah jika disusun menjadi bentuk-bentuk kubus." (Nilai)

"Ibu melihat kami menggunakan titik-titik sebagai tanda sudut dan memulai garis. Bagaimana jika kamu menggunakan penggaris agar garisnya lebih lurus?" ( Perhatian)

"jika pada kegiatan selanjutnya, tugas membuat kerangka bangun ruang akan kita laksanakan lagi, pada bagian mana kamu akan melakukan perbaikan?" (Saran)

"Selamat, Nak, telah menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas. Ibu juga senang karena kamu mengumpulkan tugas tepat waktu." (Apresiasi)

--------------------------------- ------------------------------------------------------------

Sumber:  Kemdikbud, 2021, Panduan Pembelajaran dan Asesmen, hal: 44. https://online.anyflip.com/fpdeq/wdot/mobile/

Coretan sebelum pulang, 15.30


Umpan Balik Yang Efektif

 Umpan balik yang dimaksud di sini adalah respon guru terhadap kinerja siswa, untuk memastikan tujuan pembelajaran tercapai. Jadi, umpan balik diberikan pada saat proses pembelajaran berlangsung, bukan setelah pembelajaran. 

Di samping itu, umpan balik diharapkan dapat memancing siswa untuk mengeluarkan GAGASAN ORISINAL mereka dalam menemukan, memahami, dan/atau menerapkan konsep/cara menyelesaikan suatu masalah. 

Gagasan orisinal mereka bisa jadi: 

  • sesuai dengan gagasan guru/ahli

  • sesuai dengan gagasan guru/ahli, tetapi kurang lengkap/kaya; atau …

  • salah atau TIDAK sesuai dengan gagasan guru/ahli.

Nah, bagaimana kita, sebagai guru, merespon ketiga kondisi tersebut agar siswa tetap berani/tidak takut salah dalam mengungkapkan gagasan mereka: kalau salah/berbeda dengan guru, bagaimana mereka terinspirasi (dengan respon kita) untuk memperbaiki atau memperkuat alasan mereka; kalau kurang lengkap, bagaimana mereka terinspirasi untuk melengkapi; dan kalau sudah sesuai, bagaimana mereka terinspirasi untuk mengeksplorasi lagi.

Salah satu acuan yang dapat digunakan untuk memberikan umpan balik dapat menggunakan tangga umpan balik (Ladder of Feedback ) yang dikembangkan oleh Daniel Wilson (Wilson et al., 2005). 

Tangga Umpan Balik

Proses umpan balik (feedback) dalam pembelajaran bisa dilakukan oleh guru atau antar siswa. Terdapat lima tangga umpan balik yaitu clarify, value, questions and concernsuggest, dan thank

Clarify yaitu proses mengajukan pertanyaan klarifikasi untuk memahami apa yang disampaikan oleh siswa. Value yaitu mengekspresikan apa yang sudah berhasil. Questions and concern adalah mengajukan beberapa pertanyaan dan memperhatikan beberapa aspek. 
Suggest yaitu menawarkan ide untuk meningkatkan karya siswa. Thank adalah berterima kasih kepada siswa yang diberikan umpan balik.
__________________________________________________________________________________

The original version of the Ladder of Feedback was developed by Daniel Wilson (Wilson et al., 2005).

In King Arthur’s Round Table: How Collaborative Conversations Create Smart Organizations (John Wiley Press, 2003), Dave Perkins writes: 

Communicative feedback clarifies the idea or behavior under consideration, so that everyone is talking about the same thing. It communicates positive features so that they can be preserved and built on. It communicates concerns and suggestions toward improvement.  (page 46) 

The Ladder of Feedback is a tool for providing communicative feedback about an idea, a plan, or a behavior.  (See King Arthur’s Round Table, page 47). 

The idea or plan is presented to the group.  Then the group moves through the following steps (moving from one rung of the ladder to the next): 

Step 1: Clarify

Ask clarifying questions to be sure you understand the idea or matter on the table. Avoid clarifying questions that are thinly disguised criticism.  

Step 2: Value

Express what you like about the idea or matter at hand in specific terms. Do not offer perfunctory “good, but,” and hurry on to the negatives. 

Step 3: State concerns

State your puzzles and concerns. Avoid absolutes: “What’s wrong is . . .” Use qualified terms: “I wonder if . . .” “It seems to me . . .” Avoid criticizing personal character or ability and focus on ideas, products, or particular aspects. 

Step 4: Suggest

Make suggestions about how to improve things.  This step is sometimes blended with step 3: people state concerns and then offer suggestions for addressing them.  

There is no set time limit for this process: It can be done in a few minutes or over the course of an hour.  

Kombinasi Berbagai cara Menyampaikan Pembelajaran

  Ragam cara melaksanakan pembelajaran: ceramah, kegiatan individu, dan kegiatan kelompok. Dalam melaksanakan pembelajaran, berbagai kombina...