Sabtu, 02 November 2019

Guru yang baik selalu berefleksi

Refleki adalah proses memikirkan makna belajar yang dialami. Melalui refeksi kita memikirkan apa yang sudah baik dan apa yang masih perlu diperbaiki. Pentingnya refleksi juga diungkapkan pepatah lama yakni pengalaman adalah guru yang terbaik. Namun menurut saya pepatah lama ini perlu direvisi menjadi pengalaman yang dievaluasi dan diperbaiki adalah guru yang terbaik, karena kita tidak akan bisa menjadi lebih baik karena sudah lama mengajar tanpa ada evaluasi dan perbaikan diri.

Guru yang tidak pernah melakukan refleksi mengajarnya sesungguhnya hanyalah guru yang mengulang hal yang sama berpuluh-puluh tahun. Tidak heran jika ada guru yang sudah mengajar 30 tahun tetapi kemampuan mengajarnya hanya 1 tahun, karena tidak pernah melakukan refleksi dan memperbaiki kemampuan mengajarnya dari tahun pertama.

Melakukan refleksi memang tidaklah gampang, karena butuh pemikiran kritis dan kejujuran terhadap diri sendiri. Guru dapat melakukan refleksi mulai dengan bertanya kepada dirinya sendiri tentang hal-hal apa yang sudah berjalan dengan baik dan apa yang apa yang perlu diperbaiki jika proses pembelajaran akan diulang kembali. 

Hal terpenting dari refleksi adalah guru mampu menentukan mengapa pelajaran tidak memuaskan (aktivitas atau materi pelajaran tidak tepat, langkah-langkah yang lemah, pengelompokkkan siswa yang tidak tepat dan hasil belajar siswa) sehingga dapat diperbaiki di waktu mendatang. Misalnya terkait dengan hal-hal: bagaimana dengan pengelompokkan siswa, alat apa yang perlu disediakan, langkah-langkah (Skenario) pembelajaran, metode atau model pembelajaran yang akan digunakan, hasil belajar siswa yang terbaik dan yang terburuk. Hanya apabila alasan-alasan tidak berhasilnya pembelajaran tersebut dipahami guru, guru akan dapat meningkatkan pelajaran atau hal-hal lain pada pelajaran yang akan datang. 

Hasil alami dari refleksi atas praktik pembelajaran adalah guru dapat merasakan di area mana dari pembelajaran yang paling penting untuk diperkuat. Dengan demikian, guru akan senantias memperbaiki mutu pembelajaran, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian, mutu pendidikan pun akan meningkat. 

Oleh karena itu, menurut saya pengalaman tidaklah menjadikan kita lebih baik, tetapi refleksi dan evaluasi atas pengalaman kitalah yang membuat kita menjadi lebih baik. Demikian juga dengan kualitas seorang guru tidak ditentukan oleh lama dan banyaknya sertififikat mengajar yang dimiliki, tetapi ditentukan seberapa sering seorang guru melakukan refleksi atas kemampuan mengajar yang dimililkinya". 

"Kualitas seorang guru tidak hanya ditentukan oleh lamanya dia mengajar dan banyaknya sertfikat yang dia miliki, tetapi ditentukan seberapa sering dia melakukan refleksi (apa yang sudah baik dana apa yang masih perlu ditingkatkan) atas kemampuan mengajar yang dimililkinya". (Jepri Sipayung)"

SD Hang Tuah 1 Belawan, Praktik Mengajar Pelatihan PINTAR Medan


Jumat, 01 November 2019

Ask Well, Teach Well

Kualitas seorang guru dapat dilihat dari kulitas pertanyaan yang diberikan oleh seorang guru kepada anak didiknya. Pertanyaan adalah "alat" mengajar yang penting untuk mendorong siswa berpikir dan mengembangkan kemampuan anak. 
Pengalaman saya melatih guru hampir puluhan tahun diberbagai daerah, banyak guru yang tidak memahami pentingnya kualitas pertanyaan dalam mengajar dan hanya memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh anak didik dengan  hanya sekeda mengingat, atau dengan kata lain tidak berpikir. 

Benjamin S Bloom (1956) yang terkenal dengan Taksonomi Bloom mengungkapkan bahwa kemampuan anak berkembang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan guru didalam kelas. Setiap jenis pertanyaan yang diberikan oleh guru akan menunjukkan perilaku yang berbeda dari tiap anak. Dengan kata lain, kita bisa mengetahui perkembangan kemampuan siswa dengan melihat pertanyaan apa yang dapat dijawab oleh anak. Bloom membagi kemampuan anak khususnya yang terkait dengan kemampuan berpikir kepada enam tingkatan yaitu kemampuan mengingat, memahami, menerapakan, mensintesa, menganalisis dan mengevaluasi. Krathwohl  dkk (2002) kemudian merevisi menjadi mengingat, memahami, menerapakan, mensintesa, menganalisis dan menciptakan.

Secara umum kemampuan berpikir ini dapat dibagi dua yakni jika anak hanya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan mengingat, memahami dan menerapkan maka kemampuan anak digolongkan dengan kemampuan berpikir tingat rendah. Kemampuan berpikir ini menghasilkan anak-anak yang pintar menghafal, mengikuti petunjuk yang ada dan menerapkan hal-hal yang diberitahu saja. Dengan kata lain anak-anak hanya akan menjadi orang yang tau banyak dan menerapkan apa yang hanya diajarkan. Anak-anak hanya akan menerima informasi dan bersifat konsumtif ( menerima apa yang diberikan).

Kemampuan berpikir kedua disebut kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan anak melakukan sitesa, analisa dan menciptakan ide-ide atau gagasan baru. Dengan kata lain jika anak terbiasa menjawab pertanyaan-pertanyaan jenis ini maka akan dihasilkan anak-anak yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif dan karya-karya baru ( manusia yang produktif).  

Implikasinya terhadap kemampuan mengajar guru adalah semakian sering guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang hanya mengembangkan kemampuan berpikir tingkat rendah yang dikenal dengan LOTS (low order thinking skills) maka pendidikan kita hanya akan menghasilkan anak-anak yang malas berpikir dan konsumtif, karena hanya menghafal dan menerima gagasan orang lain tanpa berpikir. Sebaliknya jika guru sering memberikan pertanyaan HOTS (analyze, evaluate and create) , maka akan pendidkan kita akan menghasilkan anak-anak yang kritis, create) dan karya-karya baru. 

Tujuan pendidikan sejatinya adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik sehingga mampu menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Pada zaman robotisasi dan digitalisasi saat ini yang dikenal dengan zaman 4.0, apa yang diketahui anak tidaklah lagi menjadi penting, yang utama adalah apa yang dapat dilakukan anak dengan yang dia tahu dan seberapa cepat dia belajar hal-hal baru yang terus berubah. Kemampuan ini hanya dapat dikembangkan jika guru lebih sering menggunakan pertanyaa-pertanyaan yang mendorong tingkat tinggi yakni pertanyaan-pertanyaan yang menuntut anak untuk berpikir, menganalisa, kritis dan berani menciptakan gagasan sendiri. Ask well, teach well. Guru yang baik, memberikan pertanyaan yang baik. 

Catatan sebelum pulang pelatihan, Uniland, 1 Nov 2019


Menjadi Fasilitator yang efektif

Fasilitasi berasal dari kata Perancis, facile dan Latin, facilis, yang artinya mempermudah (to facilitate = to make easy). Karena itu, fasilitator dapat diartikan sebagai orang yang mempermudah, khususnya mempermudah kelompok mencapai tujuannya.
Prinsip utama fasilitasi adalah proses, bukan isi. Proses mengacu pada bagaimana kelompok bekerja, semisal bagaimana mereka berbicara satu sama lain (berkomunikasi), bagaimana membuat keputusan ataupun mengelola konflik. Sementara, struktur mengacu pada proses yang stabil dan berulang seperti pembagian peran dalam kelompok. Hunter et al. (1993) mengungkapkan bahwa facilitation is about process – how you do something – rather than the content – what you do. Facilitator is process guide; someone who makes a process easier or more convenient to use. Dalam buku wajib profesi fasilitator terbitan IAF (International Association of Facilitators), The IAF Handbook of Group Facilitation khususnya dalam Bab Best Practice from the Leading Organization in Facilitation (2005), Schwarz menekankan bahwa tugas utama fasilitator adalah membantu kelompok untuk meningkatkan efektivitas dengan cara memperbaiki proses dan struktur.

Tips-Tips Menjadi Fasilitar 
Tugas seorang fasiltator sering disamakan dengan tugas seorang bidan atau dirigen atau sebuah jembatan. Seorang bidan tidak ikut melahirkan tetapi dia membantu proses persalinan berjalan dengan lancar dengan memberikan dorongan-doroangan kepada si Ibu yang sedang berusaha melahirkan. Seorang dirigen memastikan semua suara menyatu dan mengeluarkan nada-nada yang diinginkan dengan memimpin proses bernyanyi dari depan tanpa ikut berada pada bagian penyanyi. Oleh karena itu, tugas utama seorang fassilitator adalah mengelola proses dan mempermudah sebuah proses belajar.  Walaupun tugas utama seorang fasilitator adalah mengawal proses, bukan berarti seorang fasilitator tidak perlu menguasai materi yang disampaikan. Seorang fasilitaor yang efektif harus menguasai disampaikan agar mampu mengelola proses pelatihan yang dipimpin, namun demikian seorang fasilitator tidak harus menjadi ahli dalam hal materi yang akan disampaikan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang fasilitator dalam melaksanakan program pelatihan:
  • Patuhilah rencana urutan panduan pelatihan
Khusus bagi anda yang masih baru menjadi fasilitator, hindarilah penyimpangan dari rencana sekuen panduan. Fasilitator yang telah berulang kali menjalankan pelatihan, sering kali mampu menyiapkan dan mengembangkan alternatif sekuen panduan, menukar urutan pelatihan karena melihat peluang-peluang belajar yang timbul selama proses pelatihan 
  • Hafalkan nama peserta
Berusahalah untuk memanggil peserta dengan nama mereka (siapkan label nama peserta yang terbaca). Hal ini mengurangi rasa formil yang seringkali menimbulkan ketegangan dan secara tidak langsung menghambat proses pembelajaran.
  • Libatkan peserta secara aktif
Usahakan agar peserta terlibat aktif mulai mencari, menggali data, menganalisis alternative temuan, memecahkan masalah, mengambil keputusan atau simpulan. Biarkan peserta mengambil simpulan sendiri, pertanyakan argumentasinya mengapa peserta mengambil simpulan itu, kuatkan dan tekankan simpulan itu. Seorang fasilitator harus lebih banyak mendengar dan menguji gagasan yang disampaikan peserta, dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot.  
  • Miliki sensitivitas gender dan inklusi
Usahakan untuk dapat memberikan kesempatan dan perhatian yang sama kepada semua peserta baik laki-laki maupun perempuan, yang memiliki keterbatasan berbicara, yang minoritas, yang pendiam, yang tua, dan sebagainya. Pastikan semua peserta mendapatkan giliran berbicara atau tampil.
  • Jangan tergesa-gesa menjawab 
Jangan jawab pertanyaan yang tidak dipahami. Jangan jawab pertanyaan yang tidak diketahui jawabnya. Jangan jawab pertanyaan yang tidak perlu dijawab oleh fasilitator. Bila jawaban itu mungkin diberikan oleh peserta lain, biarkan peserta lain menjawab pertanyaan. Bila jawaban terhadap pertanyaan itu dapat diberikan peserta dan mereka tidak menyadari data tertentu, ingatkan peserta pada data tersebut, dan biarkan mereka menjawab itu.
  • Hindari Perdebatan dengan Peserta
Hal ini dimaksudkan agar urutan panduan yang telah disusun dapat tercapai tidak menyimpang dan waktu habis untuk berdebat. Selain itu, aktivitas peserta akan terhambat gara-gara kita terpancing perdebatan. Lemparkan saja pada peserta lain bila ada perbedaan persepsi terhadap suatu masalah tertentu.
  • Ajukan pertanyaan sesering mungkin
Kenyataan bahwa peserta dapat belajar melalui kegiatan menjawab pertanyaan memberikan peserta kepuasan lebih daripada jika ia langsung diberitahu materi pembelajaran yang harus ia terima. Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan.
  • Ajukan pertanyaan yang dapat dijawab peserta. Jangan mengajukan pertanyaan yang      terlalu sulit, sehingga peserta menjadi ”resah” karena tidak bisa 
  • Jangan ajukan pertanyaan yang terlalu mudah. Dengan pertanyaan yang terlalu mudah mengurangi motivasi peserta untuk memberikan jawabannya, dan seringkali peserta jadi ragu apakah jawaban yang ia pikirkan adalah jawaban yang 
  • Ajukan pertanyaan secara sistematis. Jawaban terhadap pertanyaan pertama hendaknya merupakan data yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan kedua, dan jawaban terhadap pertanyaan kedua hendaknya merupakan data bagi jawaban terhadap pertanyaan ketiga demikian seterusnya. Sebaliknya, bila suatu pertanyaan tidak dapat segera dijawab oleh para peserta, ajukan pertanyaan lain yang lebih mudah. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menjawab pertanyaan yang lebih sukar
  • Gunakan umpan Balik (Feed Back) 
Dalam melaksanakan program pelatihan, kita perlu mencari tahu apakah peserta telah menangkap hal-hal yang telah kita sampaikan. Karena itu, kita perlu mencari dan memanfaatkan umpan balik (feedback). Umpan balik bisa berasal dari pertanyaanpertanyaan yang diajukan peserta, sikap mereka dalam mengikuti program pelatihan, saran-saran yang mereka kemukakan, bahkan dari ’air muka’ mereka.
  • Sadari keterbatasan Anda
Jangan melakukan hal-hal diluar batas kemampuan Anda. Jangan mencoba menjelaskan gal-hal yang tidak Anda pahami. Persiapkan diri Anda sebelum memulai kegiatan dan yang paling penting: jangan pernah mengira bahwa Andalah orang terpandai di dalam kelas. Dalam beberapa hal tertentu mungkin ada peserta yang lebih menguasai bahan daripada Anda. Jangan musuhi orang ini, gunakan dia untuk membantu Anda. 

Kombinasi Berbagai cara Menyampaikan Pembelajaran

  Ragam cara melaksanakan pembelajaran: ceramah, kegiatan individu, dan kegiatan kelompok. Dalam melaksanakan pembelajaran, berbagai kombina...