Kamis, 29 September 2016

Super, Excellent atau Good Teacher?

Mengajar adalah profesi yang paling indah di dunia. Sebagai guru kita membuat kontribusi langsung
dan terukur bagi bangsa kita dan bagi dunia dengan membantu anak-anak muda mengenal pengetahuan dan keterampilan. Kita tahu bahwa kita menghabiskan waktu untuk mencapai tujuan terhormat dan hidup Kita mempunyai satu tujuan. Walaupun, pasti Kita telah tahu bahwa bayaran guru itu kejam, karena sebagian besar orang di luar pendidikan memandang profesi mengajar seperti menjaga bayi dengan buku. Sebagai akibatnya, jika kekayaan dan gengsi adalah hal yang penting buat Kita, profesi mengajar akan menjadi hal yang mengecewakan. Mengajar juga memberikan rasa sakit fisik: berjam-jam berdiri, membungkuk untuk membaca tulisan kecil di meja yang kecil pula, dan membawa tepat buku-buku dan kertas dari dan ke rumah yang dapat mengakibatkan kita pulang ke rumah dengan kaki pegal, punggung dan kepala yang sakit.

Pada dasarnya guru terbagi dalam tiga rasa dasar-super, excellent, dan good. Rasa apa yang Kita inginkan sebagai guru tergantung pada kekuatan personal kita, hubungan pertemanan, tujuan profesional, dan prioritas individual Anda. Tidak semua orang dapat atau harus menjadi guru super. Sangatlah diterima guru yang excellent atau good. (Mengajar yang buruk sangatlah tidak akan pernah diterima).

Guru-guru super biasanya tiba di sekolah lebih dulu dan pulang paling akhir. Mereka juga menghadiri seminar dan melanjutkan kuliah pendidikan, sukarelawan bagi kegiatan murid, dan memberikan diri mereka bagi murid-murid yang membutuhkan bantuan ekstra di dalam maupun di luar kelas. Karena guru super menikmati hubungan yang solid dengan para muridnya, mereka tidak harus berfokus pada berapa banyak waktu atau energi untuk menerapkan disiplin di kelas-kelas mereka. Sebaliknya, ada pasang surut dan proses memberi dan menerima. Sayangnya, jika mereka bukan orang yang luar biasa dengan cadangan energi yang mengagumkan atau jika tidak berusaha meremajakan diri mereka sendiri secara teratur, para guru super mungkin akan sangat lelah. Mengajar dengan super membutuhkan energi fisik, emosi dan mental yang sangat tinggi.

Guru-guru excellent menikmati pekerjaan mereka, tetapi mereka membatasi jumlah waktu dan energi yang mereka baktikan untuk mengajar. Mereka peduli dan melakukan yang terbaik bagi murid mereka-tetapi tidak mengorbankan kebutuhan keluarga mereka sendiri. Para guru excellent juga bekerja lembur karena untuk mengajar yang baik dibutuhkan sejumlah waktu lembur yang tidak di bayar ( seperti memeriksa pekerjaan murid, membuat rencana mengajar, dan mengawasi karya wisata), tetapi mereka memberi batasan waktu lembur yang mau mereka kerjakan.  
Mengajar dengan excellent membutuhkan pengeluaran energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan mengajar super, tetapi mengajar dengan excellent tetap dapat membuat Anda lelah jika tidak hati-hati., berikan waktu untuk menjaga diri Anda sendiri dan keluarga Anda. Anda harus menjelaskan kepada teman dan keluarga Anda bahwa pekerjaan Anda adalah prioritas utama dan Anda harus menghabiskan malam-malam dan akhir pekan Anda untuk mengembangkan pelajaran dan keterampilan Anda.

Guru yang good mengerjakan pekerjaan mereka dengan baik, tetapi mereka memahami batasan mereka sendiri. Mereka membuat batasan yang sangat jelas antara profesionalitas dan waktu pribadi. Mereka memperlakukan murid mereka dengan rasa hormat dan mereka melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa semua murid mempelajari materi yang dipersyaratkan, tetapi mereka tidak merasa  berkewajiban untuk menyelamatkan murid mereka satu persatu. Guru-guru yang good, tiba di sekolah cukup awal untuk menyiapkan diri, tetapi mereka tidak menawarkan kunjungan ke rumah mereka atau tidak juga jam istirahat mereka. Mereka juga tidak menghabiskan waktu mereka setelah habis jam pelajaran untuk bincang-bincang informal atau konseling. Mereka mengunci kelas-kelas mereka pada malam hari dan fokus pada kehidupan sendiri, pendidikan sendiri, hobi, teman dan keluarga mereka. Dengan mencitakan batasan yang jelas antara kehidupan pribadi dan kehidupan profesional mereka, para guru yang good memelihara energi emosioanal dan mental mereka. Sebagai akibatnya, mereka seringkali menikmati karir mengajar yang menarik dan panjang. Mereka adalah guru yang dengan sedihnya melambaikan tangan perpisahan kepada para guru super dan excellent yang telah menilai terlalu tinggi sumber daya personal mereka dan meledak setelah beberapa tahun mengajar dengan kecepatan yang tinggi.

Tanpa memandang apakah Kita memilih menjadi seorang guru yang super, excellent atau good. Kita tetaplah seorang yang memberikan kontribusi kepada masyarakat dan menjalankan tugas mulia, dan memberikan pembentukan masa depan negara kita. Selain diri kita sendiri, murid kita, dan beberapa pengawas, tak seorangpun yang tahu berapa banyak energi yang kita abdikan bagi pekerjaan kita. Tetapi, kita menjadi guru bukanlah untuk mendapatkan penghargaan dari orang banyak. Kita mengajar bukan untuk keinginan gengsi, tetapi kita mengajar karena kita yakin bahwa ini adalah hal yang penting. Perumpamaan mengajar adalah seperti berlari maraton dalam kegelapan sendirian. Tidak banyak yang tahu apa yang sedang kita lakukan, dan mereka yang tahu tidak memperhatikan-tetapi kealpaan mereka tidak membuat kita menjadi lambat. Kita tetap menikmati kepuasan dan kegembiraan akan selesainya pertandingan, dimana kitalah pemenang yang sesungguhnya.

Semoga bermanfaat
# dalam perjalanan kreta api Rantauprapt-Medan.

Sumber :
Lou Anne Johnson, 2008, Teaching outside of the box : How to grab your students by their brain. 

Jumat, 16 September 2016

Level Motivasi Pembelajaran Aktif

Permasalahan motivasilah yang sering kita temukan di awal kehadiran siswa kita di kelas. Sayangnya, permasalahan motivasi jugalah yang akan kita saksikan pada hari terakhir tahun ajaran sekolah. Meskipun ada banyak sekali buku yang ditulis tentang motivasi, serta segala macam pertemuan guru yang membahas masalah tersebut, sebagian besar dari kita masih sulit mengubah para siswa yang menghidari belajar dan yang belajar dengan setengah hati, menjadi siswa yang bertanggung jawab dan pelajar yang sepenuhnya aktif.

                Akan tetapi tidak semua guru merasa demikian. 

Beberapa guru, yang saya sebut sebagai guru hebat, memiliki trik khusus untuk membuat siswa meningkatkan motivasi mereka. Jika kita mengunjungi kelas mereka, kita akan melihat, minggu demi minggu, semakin sedikit siswa yang termasuk kategori motivasi ketiga dan keempat, sebaliknya semakin banyak siswa yang ari murid-muridnya muncul komentar-komentar semacam , " Saya suka masuk kelas. Saya tidak suka membolos. Beliau membuat kami menyukai sejarah dan membuatnya hidup. Saya belum pernah belajar sekeras ini seumur . Saya tidak pernah menyangka akan menyukai pelajaran itu, tapi saya benar-benar menyukai pelajaran sekarang.

Mungkin Anda teringat bahwa Anda sendiri pernah memiliki guru semacam ini, atau Andalah guru hebat itu. Yang menarik adalah guru-guru hebat ini tidak mendapatakan hasil yang mereka peroleh melalui cara-cara yang biasa saja.

Perhatikan sekelompok guru hebat dan Anda akan mendapati bahwa ada guru yang terus menerus memberikan pelajaran, ada yang tidak. Ada guru yang bersikap ketat dan banyak menuntut, sebagian lainnya bersika santai dan menerima. Ada guru yang bersifat hangat, sedangkan yang lainnya berjarak dengan siwa. Ternyata tidak ada satu cara tunggal untuk memotivasi siswa agar mau melakukan yang terbaik yang mereka bisa lakukan.

Ini merupakan berita baik bagi semua guru yang ingin menginspirasi pembelajaran aktif. Ini menunjukkan bahwa kita tidak perlu mengubah kepribadian mengajar kita dengan mengikuti model tertentu. Sebaliknya, kita dapat menciptakan ciri khas kita sendiri dalam mengajar dengan hebat, memberikan motivasi untuk meningkatkan pembelajaran aktif dengan cara kita sendiri. 

Level motivasi belajar siswa
Ada 4 level motivasi belajar siswa antara lain: 
Level 1: Siswa yang sepenuhnya aktif 
Beberapa siswa siap dan mau menyelam dalam tugas-tugas sekolah. Ketika kira memberikan empat soal untuk pekerjaan rumah, siswa semacam ini tidak hanya akan mengerjakan empat soal tersebut, tetapi melakukannya dengan ciri khas tersendiri. Bahkan merapikan pekerjaan rumah mereka itu sebelum dikumpulkan, sehingga pekerjaan mereka sangat rapi, atau dikerjakan dalam lembar kerja khusus sehingga tampak profesional. Siswa yang termasuk dalam kategori ini mungkin bukan yang paling pintar di kelas, dan mereka mungkin bukan yang mendapatkan nilai ujian yang tertinggi. Namun mereka adalah siswa ulet, memiliki motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri, dan siap memberikan kemampuan terbaik mereka. Siswa-siswi seperti ini menyenangkan untuk diajar.

Level 2: Siswa yang bertanggung jawab 
Beberapa siswa lain akan memasuki ruang kelas dalam keadaan siap untuk melakukan apapun yang kita minta, tetapi tidak lebih dari itu. Ketika kita memberikan siswa-siswi ini empat soal untuk pekerjaan rumah, mereka akan mengerjakannya dengan hati-hati, namun jarang sekali kita merasa mereka mengerjakannya sebaik mungkin. Mereka adalah para siswa yang penurut dan hormat, lebih termotivasi untuk menyenangkan kita dibandingkan menyibukkan diri sepenuhnya dalam mengerjakan tugas. Siswa semacam ini cukup mudah untuk diajar

Level 3: Siswa yang belajar dengan setengah hati 
Di dalam kelas juga terdapat siswa-siswi yang belajar dengan setengah hati. Beri mereka empat soal dan mereka hanya akan mengerjakan dua. Atau, jika mereka mengerjakan keempat-empatnya, mereka akan mengerjakannya dengan asal-asalan, akan banyak kesalahan yang tidak perlu. Siswa-siswai semacam ini biasanya lambat untuk mulai belajar dan cepat menyerah, dan mereka bisa menjadi siswa yang agak membuat frustasi untuk diajar.

Level 4: Siswa yang menghindar belajar  
Terakhir, kita mungkin akan mendapatkan siswa yang malas atau sama sekali tidak mau belajar. Tentu saja, beberapa diantara siswa semacam ini akan berusaha sebaik mungkin untuk menghindar belajar. Berikan mereka empat soal untuk PR, dan mereka akan mengeluh dan mengabaikan tugas itu. Mereka adalah siswa-siswi yang cenderung memiliki masalah kedisiplinan, siswa yang sangat sering membuat kita kesal.

Semoga dengan memahami ragam motivasi belajar dan permasalahan yang melatarbelakanginya, mudah-mudahan Anda dapat mendorong siswa sepenuhnya belajar aktif. 

Bahan bacaan : Merril Harmin & Melanie Toth, 2012. Inspiring Active Learning : A complete handbook for today's Teacher

Kombinasi Berbagai cara Menyampaikan Pembelajaran

  Ragam cara melaksanakan pembelajaran: ceramah, kegiatan individu, dan kegiatan kelompok. Dalam melaksanakan pembelajaran, berbagai kombina...