Kombinasi Cara Mengajar: Menghidupkan Pembelajaran dengan Strategi yang Tepat
Dalam dunia pendidikan saat ini, guru berhadapan dengan tantangan yang semakin kompleks. Siswa hadir dengan latar belakang yang beragam, kemampuan yang berbeda, serta gaya belajar yang tidak sama. Di sisi lain, kurikulum menuntut pembelajaran yang lebih aktif, kolaboratif, dan bermakna. Untuk menjembatani semua harapan ini, guru dituntut bukan hanya menguasai materi, tetapi juga menggabungkan berbagai strategi pembelajaran secara kreatif.
Faktanya, tidak ada satu metode yang bisa menjawab semua kebutuhan kelas. Yang justru menjadi kunci adalah kemampuan guru mengombinasikan berbagai pendekatan, sehingga pembelajaran bergerak dari pasif ke aktif, dari hanya menerima ke menemukan, dan dari sekadar menghafal ke memahami.
Tulisan ini mencoba menata ulang berbagai cara guru dapat menyampaikan pembelajaran, dengan menyoroti bagaimana kombinasi cara mengajar dapat menjadi jembatan menuju pembelajaran yang lebih efektif.
Mengapa Perlu Mengombinasikan Cara Mengajar?
Banyak guru masih bertanya: “Apakah ceramah masih boleh?” atau “Bagaimana membagi porsi antara penjelasan guru dan aktivitas siswa?”
Jawabannya: bukan pada boleh atau tidak boleh, melainkan pada proporsi dan tujuan.
Ceramah tetap penting untuk konsep kunci.
Eksplorasi penting untuk membangun rasa ingin tahu.
Kegiatan kelompok mendorong kolaborasi.
Latihan individu membantu penguatan pemahaman.
Ketika keempatnya dikombinasikan, pembelajaran tidak hanya berjalan—tapi benar-benar hidup.
Di bawah ini, kita membahas enam variasi kombinasi strategi pembelajaran yang umum terjadi di kelas.
1. Guru Hanya Berceramah dan Mengajarkan Isi Buku
Catatan penting: Metode ini sangat tidak disarankan untuk menjadi satu-satunya cara mengajar.
Dalam pendekatan ini, guru biasanya:
membuka pembelajaran dengan ceramah,
menjelaskan isi buku,
menutup dengan ceramah lagi.
Metode ini membuat siswa sepenuhnya pasif. Mereka tidak diberi kesempatan berpikir, bertanya, atau mencoba. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran pasif semacam ini membuat informasi cepat lupa dan kurang bermakna.
Kelemahan utama: siswa tidak membangun pengetahuan mereka sendiri.
Solusi: tambahkan aktivitas eksplorasi, diskusi, atau latihan terstruktur.
2. Pembelajaran Eksploratif: Siswa Menemukan Sendiri Pengetahuan Baru
Ini adalah bentuk kombinasi yang kaya aktivitas dan paling banyak menggerakkan siswa.
Alurnya dapat seperti berikut:
Guru memberi gambaran konsep melalui ceramah singkat.
Siswa melakukan eksperimen, observasi, atau pengumpulan data dalam kelompok.
Hasil temuan didiskusikan dalam kelompok atau pleno.
Guru menutup dengan penegasan konsep.
Model ini sejalan dengan pendekatan inquiry dan discovery learning, yang memberi kesempatan siswa untuk “belajar menemukan”. Mereka tidak hanya menerima pengetahuan, tetapi mengonstruksi makna berdasarkan pengalaman langsung.
Kelebihan: meningkatkan rasa ingin tahu, keterampilan proses, dan keaktifan kelas.
3. Pembelajaran Latihan Pemecahan Masalah
Ketika guru ingin memastikan siswa benar-benar memahami konsep atau mampu menggunakannya dengan benar, latihan menjadi penting.
Alurnya:
Ceramah pengantar atau pemantapan konsep.
Latihan individu atau kelompok untuk memecahkan soal atau persoalan.
Ceramah klarifikasi ketika muncul miskonsepsi atau tantangan.
Pendekatan ini sering digunakan dalam mata pelajaran seperti matematika, IPA, bahasa, atau kompetensi praktik lain.
Kelebihan: memperkuat pemahaman dan memastikan siswa mencapai penguasaan keterampilan dasar.
4. Pelatihan Terstruktur dengan Kombinasi Individu dan Kelompok
Dalam model ini, pembelajaran bergerak dari:
pemahaman awal, menuju
pemantapan individu, lalu
pendalaman melalui kerja kelompok.
Alurnya:
Ceramah pengantar.
Latihan individu (untuk menguji pemahaman awal).
Penjelasan tambahan atau klarifikasi.
Kegiatan kelompok untuk memperluas pemahaman.
Kesimpulan atau rangkuman oleh guru.
Kombinasi ini baik untuk membangun keterampilan kolaboratif, sambil memastikan bahwa setiap siswa tetap bertanggung jawab terhadap proses belajarnya.
5. Pembelajaran Dua Fase: Eksplorasi → Latihan
Pendekatan ini membagi pembelajaran menjadi dua tahap:
Tahap 1: Eksplorasi
Siswa mencari pola, rumus, keteraturan, atau konsep dasar melalui aktivitas kelompok atau individu.
Tahap 2: Latihan
Setelah menemukan konsep, siswa menggunakannya untuk menyelesaikan pertanyaan atau tugas.
Alurnya:
Ceramah pembuka
Eksplorasi individu/kelompok
Ceramah kesimpulan eksplorasi
Ceramah pengantar latihan
Latihan individu
Penutup atau rangkuman
Pendekatan ini sangat efektif untuk membangun pemahaman konseptual sekaligus keterampilan prosedural.
6. Menemukan Keteraturan dan Menerapkannya (Discovery Extended)
Pada pendekatan ini, siswa didorong untuk melihat pola atau keteraturan dari suatu contoh soal atau situasi yang sudah mereka kenal sebelumnya.
Alurnya:
Kegiatan kelompok untuk menemukan pola/keteraturan.
Ceramah untuk memastikan pemahaman inti.
Kegiatan kelompok lanjutan untuk memperdalam eksplorasi.
Latihan individu untuk memastikan setiap siswa memahami.
Kegiatan kelompok untuk menerapkan konsep pada kasus baru.
Ini salah satu bentuk pembelajaran mendalam, karena siswa benar-benar memahami “mengapa” sebelum mempelajari “bagaimana”.
Membangun Pembelajaran yang Berimbang
Enam variasi di atas menunjukkan bahwa tidak ada satu pola kaku dalam mengajar. Guru bebas berkreasi, asalkan:
pembelajaran tetap berpusat pada siswa,
tujuan pembelajaran tercapai,
dan aktivitas dirancang secara seimbang.
Ceramah tetap penting, tetapi porsinya harus cukup—bukan mendominasi seluruh waktu.
Aktivitas siswa sangat penting, tetapi perlu diarahkan dengan jelas.
Kombinasi yang tepat akan membantu siswa:
membangun pengetahuan secara mandiri,
berani bertanya dan berdiskusi,
menguatkan konsep melalui latihan,
dan mampu menerapkan pengetahuan dalam konteks nyata.
Penutup: Guru sebagai Perancang Pembelajaran
Pada akhirnya, guru adalah seorang “arsitek belajar”. Tugas guru bukan sekadar menyampaikan materi, tetapi merancang pengalaman belajar yang bermakna.
Dengan mengombinasikan berbagai strategi ceramah, eksplorasi, diskusi, dan latihan:
pembelajaran menjadi lebih hidup,
siswa lebih berpartisipasi,
dan hasil belajar meningkat secara signifikan.
Mengajar bukan tentang berapa banyak guru berbicara, tetapi tentang seberapa banyak siswa belajar.



